Tafsimix - Cerpen fiksi horor. Malam itu sekitar jam 8 kurang, aku berdiri di balik jendela sembari melihat ke luar rumah. Aku merasa sangat khawatir karena di luar hujan deras dan Ayah belum juga pulang dari sawah. Biasanya Ayah sudah tiba di rumah sebelum magrib tapi hari itu Ia tidak kunjung tiba sehingga membuatku khawatir. Saat itu aku berusaha berfikir positif dan mengira Ayah belum pulang karena terjebak hujan. Mungkin saja Ayah mampir ke rumah temannya untuk berteduh sampai hujan redah.
Tapi hujan semakin deras disertai petir membuatku ketakutan. Untuk sesaat aku kembali mengkhawatirkan Ayahku. Sambil terus menatap ke luar dari balik jendela, aku mulai berfikir apa yang harus dilakukan. Aku akhirnya memutuskan untuk mengambil payung ke belakang dan berniat menyusul Ayah.
Setelah memakai jas hujan, aku pun segera memutuskan untuk keluar. Tapi baru saja aku mengunci pintu, tiba-tiba kulihat Ayahku berdiri tepat di belakangku. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat gemetaran. Rupanya Ayah menembus hujan dan basah kuyup. Segera kubuka kembali pintu dan berlari ke kamar untuk mengambilkan handuk dan baju untuk Ayah.
Saat aku kembali ke ruang tamu, tak kudapati Ayahku di dalam rumah dan pintu depan masih terbuka. Ayah masih berdiri di depan pintu dengan posisi yang sama seperti pertama kali aku melihatnya. Meski bingung, aku segera meminta Ayahku untuk masuk dan memberikannya handuk. Setelah masuk dan menerima handuk, Ia berjalan menuju kamar mandi tanpa mengatakan sepatah katapun.
Setelah menutup pintu aku pergi ke dapur untuk merebus air. Teh hangat mungkin akan sangat bagus untuk menghangatkan tubuh Ayah. Tak lama setelah itu, aku kembali ke depan sambil membawa segelas teh. Kulihat Ayah sedang duduk di kursi. Ia sudah mengenakan baju hangat dan kaus kaki. Saat aku menawarinya teh, Ia hanya menatapku dengan tatapan yang aneh. Mungkin itu karena Ayah masih kedinginan sehingga Ia tidak mampu mengatakan apa-apa.
Meski menerima teh yang kubawakan, Ayah tak meminumnya hingga habis. Ia hanya meminum sedikit saja dan pamit untuk istirahat di kamar. Dengan suara yang gemetar Ia mengatakan bahwa Ia ingin tidur lebih awal. Tak tega melihat Ayah yang menggigil, aku pun membangunya bangkit dan mengantarnya ke kamar. Aku juga memberikan selimut tebal untuknya agar tubuhnya lebih hangat.
Baca juga : Berlibur ke Pulau Terpencil, Pria ini Histeris Saat Wanita Misterius Arahkan Kapak ke Kepalanya. Cerita horor tentang seorang pemuda yang alami teror sejak bertemu dengan sosok wanita misterius.
Begitu terbaring di atas ranjang, Ayah langsung menutup matanya. Di saat-saat tersebut, aku dapat mendengar nafas Ayah di antara gemerisik suara hujan. Kupandangi wajahnya yang lelah dan pucat. Untuk sesaat aku membiarkan airmataku jatuh. Sedih rasanya melihat Ayah masih harus menanggung beban di usia senjanya. Aku pun sempat mencium kening Ayah sebelum keluar dari kamarnya. Dalam hati, aku berniat untuk segera mencari kerja agar Ayah tak perlu lagi ke sawah.
Setelah memastikan semua pintu terkunci, aku memutuskan untuk tidur. Butuh waktu lama sebelum akhirnya aku terlelap dalam tidur. Tapi belum lama rasanya aku tertidur, aku dikagetkan oleh suara keributan yang tak jauh dari rumahku. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur saat sadar bahwa keributan itu berasal dari depan rumah.
Aku mendengar suara beberapa pria memanggil namaku sembari menggedor pintu. Mereka menggedor pintu dengan begitu kuat sehingga membuatku ketakutan apalagi saat itu sudah pukul 12 malam. Saat mengintip dari balik jendela, aku mendapati beberapa pria yang kukenal di depan rumah. Dengan tangan gemetar, aku pun segera membuka pintu.
Melihat ekspresi wajahku yang penasaran, salah seorang pria langsung menanyakan keberadaan Ayahku. Aku pun menjelaskan bahwa Ayahku sedang tidur. Tapi pria itu kembali bertanya seolah tidak percaya dengan jawabanku. Setelah menjawab untuk kedua kali, aku balik menanyakan tujuan mereka datang ke rumahku.
Mereka secara bergantian kemudian menjelaskan bahwa jembatan yang menghubungkan desa kami ke area persawahan roboh akibat hujan deras. Menurut mereka ada tiga warga yang terseret arus saat melintas di jembatan tersebut. Hingga kini ketiganya belum ditemukan.
Aku terkejut ketika salah seorang pria mengatakan bahwa Ayahku diduga merupakan salah satu korban yang terseret arus. Menurut pria itu, Ayahku pulang bersama dengan dua korban lainnya. Mereka bertiga diduga meninggalkan sawah saat hujan dan sedang menyeberangi sungai saat jembatan tiba-tiba roboh.
Aku yang yakin bahwa Ayahku sudah pulang kemudian meminta mereka untuk menunggu. Segera aku berlari ke kamar Ayahku untuk mengabarinya tentang musibah itu. Namun setibanya di kamar Ayah, aku tidak menemukan Ayah di sana. Di atas tempat tidur hanya ada selimut dan baju hangat yang sebelumnya kuberikan pada Ayah.
Baca juga : Bertingkah Misterius Sejak Kematian Neneknya, Bocah Malang ini Dijuluki 'Pembawa Maut' oleh Warga Setempat. Kisah horor tentang bocah laki-laki hang kerap muncul berayun di perbatasan hutan.
Tak menemukan Ayah di kamar membuatku panik. Aku segera berlari keluar sembari berteriak memanggil Ayah. Aku mencarinya di seluruh ruangan namun tak berhasil menemukan Ayah. Saat para warga masuk ke rumah, salah satu pria mendekatiku dan memintaku untuk bersabar. Hal itu sontak membuatku histeris. Aku menangis sejadi-jadinya dan tak lama setelah itu seorang nenek yang merupakan tetanggaku datang memberikan pelukan dan mencoba menenangkanku.
Keesokan harinya, warga melakukan pencarian di sepanjang sungai untuk menemukan korban yang diduga terserat arus. Setelah mencari beberapa jam, sekitar jam 3 sore warga berhasil mengevakuasi ketiga korban dalam keadaan tidak bernyawa. Dalam sekejap aku merasakan hidupku hancur lebur karena sati dari korban tersebut memang Ayahku.
Tapi hujan semakin deras disertai petir membuatku ketakutan. Untuk sesaat aku kembali mengkhawatirkan Ayahku. Sambil terus menatap ke luar dari balik jendela, aku mulai berfikir apa yang harus dilakukan. Aku akhirnya memutuskan untuk mengambil payung ke belakang dan berniat menyusul Ayah.
Setelah memakai jas hujan, aku pun segera memutuskan untuk keluar. Tapi baru saja aku mengunci pintu, tiba-tiba kulihat Ayahku berdiri tepat di belakangku. Wajahnya pucat dan tubuhnya terlihat gemetaran. Rupanya Ayah menembus hujan dan basah kuyup. Segera kubuka kembali pintu dan berlari ke kamar untuk mengambilkan handuk dan baju untuk Ayah.
Saat aku kembali ke ruang tamu, tak kudapati Ayahku di dalam rumah dan pintu depan masih terbuka. Ayah masih berdiri di depan pintu dengan posisi yang sama seperti pertama kali aku melihatnya. Meski bingung, aku segera meminta Ayahku untuk masuk dan memberikannya handuk. Setelah masuk dan menerima handuk, Ia berjalan menuju kamar mandi tanpa mengatakan sepatah katapun.
Setelah menutup pintu aku pergi ke dapur untuk merebus air. Teh hangat mungkin akan sangat bagus untuk menghangatkan tubuh Ayah. Tak lama setelah itu, aku kembali ke depan sambil membawa segelas teh. Kulihat Ayah sedang duduk di kursi. Ia sudah mengenakan baju hangat dan kaus kaki. Saat aku menawarinya teh, Ia hanya menatapku dengan tatapan yang aneh. Mungkin itu karena Ayah masih kedinginan sehingga Ia tidak mampu mengatakan apa-apa.
Meski menerima teh yang kubawakan, Ayah tak meminumnya hingga habis. Ia hanya meminum sedikit saja dan pamit untuk istirahat di kamar. Dengan suara yang gemetar Ia mengatakan bahwa Ia ingin tidur lebih awal. Tak tega melihat Ayah yang menggigil, aku pun membangunya bangkit dan mengantarnya ke kamar. Aku juga memberikan selimut tebal untuknya agar tubuhnya lebih hangat.
Baca juga : Berlibur ke Pulau Terpencil, Pria ini Histeris Saat Wanita Misterius Arahkan Kapak ke Kepalanya. Cerita horor tentang seorang pemuda yang alami teror sejak bertemu dengan sosok wanita misterius.
Begitu terbaring di atas ranjang, Ayah langsung menutup matanya. Di saat-saat tersebut, aku dapat mendengar nafas Ayah di antara gemerisik suara hujan. Kupandangi wajahnya yang lelah dan pucat. Untuk sesaat aku membiarkan airmataku jatuh. Sedih rasanya melihat Ayah masih harus menanggung beban di usia senjanya. Aku pun sempat mencium kening Ayah sebelum keluar dari kamarnya. Dalam hati, aku berniat untuk segera mencari kerja agar Ayah tak perlu lagi ke sawah.
Setelah memastikan semua pintu terkunci, aku memutuskan untuk tidur. Butuh waktu lama sebelum akhirnya aku terlelap dalam tidur. Tapi belum lama rasanya aku tertidur, aku dikagetkan oleh suara keributan yang tak jauh dari rumahku. Aku pun segera bangkit dari tempat tidur saat sadar bahwa keributan itu berasal dari depan rumah.
Aku mendengar suara beberapa pria memanggil namaku sembari menggedor pintu. Mereka menggedor pintu dengan begitu kuat sehingga membuatku ketakutan apalagi saat itu sudah pukul 12 malam. Saat mengintip dari balik jendela, aku mendapati beberapa pria yang kukenal di depan rumah. Dengan tangan gemetar, aku pun segera membuka pintu.
Melihat ekspresi wajahku yang penasaran, salah seorang pria langsung menanyakan keberadaan Ayahku. Aku pun menjelaskan bahwa Ayahku sedang tidur. Tapi pria itu kembali bertanya seolah tidak percaya dengan jawabanku. Setelah menjawab untuk kedua kali, aku balik menanyakan tujuan mereka datang ke rumahku.
Mereka secara bergantian kemudian menjelaskan bahwa jembatan yang menghubungkan desa kami ke area persawahan roboh akibat hujan deras. Menurut mereka ada tiga warga yang terseret arus saat melintas di jembatan tersebut. Hingga kini ketiganya belum ditemukan.
Aku terkejut ketika salah seorang pria mengatakan bahwa Ayahku diduga merupakan salah satu korban yang terseret arus. Menurut pria itu, Ayahku pulang bersama dengan dua korban lainnya. Mereka bertiga diduga meninggalkan sawah saat hujan dan sedang menyeberangi sungai saat jembatan tiba-tiba roboh.
Aku yang yakin bahwa Ayahku sudah pulang kemudian meminta mereka untuk menunggu. Segera aku berlari ke kamar Ayahku untuk mengabarinya tentang musibah itu. Namun setibanya di kamar Ayah, aku tidak menemukan Ayah di sana. Di atas tempat tidur hanya ada selimut dan baju hangat yang sebelumnya kuberikan pada Ayah.
Baca juga : Bertingkah Misterius Sejak Kematian Neneknya, Bocah Malang ini Dijuluki 'Pembawa Maut' oleh Warga Setempat. Kisah horor tentang bocah laki-laki hang kerap muncul berayun di perbatasan hutan.
Tak menemukan Ayah di kamar membuatku panik. Aku segera berlari keluar sembari berteriak memanggil Ayah. Aku mencarinya di seluruh ruangan namun tak berhasil menemukan Ayah. Saat para warga masuk ke rumah, salah satu pria mendekatiku dan memintaku untuk bersabar. Hal itu sontak membuatku histeris. Aku menangis sejadi-jadinya dan tak lama setelah itu seorang nenek yang merupakan tetanggaku datang memberikan pelukan dan mencoba menenangkanku.
Keesokan harinya, warga melakukan pencarian di sepanjang sungai untuk menemukan korban yang diduga terserat arus. Setelah mencari beberapa jam, sekitar jam 3 sore warga berhasil mengevakuasi ketiga korban dalam keadaan tidak bernyawa. Dalam sekejap aku merasakan hidupku hancur lebur karena sati dari korban tersebut memang Ayahku.