Tafsimix - cerpen fiksi horor. Aku adalah seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta di kotaku. Belakangan ini aku menghadapi banyak tekanan dalam pekerjaan. Hampir tiap hari aku membawa pekerjaan ke rumah. Aku merasa seperti mesin yang menjual tenaga dan waktuku untuk sejumlah uang yang tak seberapa. Ketika sudah selesai dengan semua itu, aku menjatuhkan tubuhku di atas tempat tidur mencoba menikmati detik-detik yang terasa nikmat sembari memejamkan mata.
Keesokan harinya aku mengulang kembali hal yang sama. Pergi ke kantor dan menghadapi masalah yang hampir sama setiap harinya. Bertemu dengan teman kerja yang sama, melewati jalan yang sama, benar-benar kehidupan yang membosankan. Di sela-sela bekerja, kupandangi kalender di layar komputer mencoba mencari waktu yang tepat untuk lari dari semua rutinitas itu.
Sambil berteriak girang aku mengangkat kedua tanganku ke udara. Rekan-rekan di sekitarku sontak melihat ke arahku. Mereka mungkin berfikir aku sedang bahagia karena menang kuis atau karena berhasil mengumpulkan bonus besar bulan itu. Sebagian dari mereka tersenyum sambil geleng-geleng kepala, dan sebagian lagi hanya menatap dengan tatapan yang sinis.
Aku senang karena ada tanggal merah yang cukup untuk liburan. Segera kurencanakan perjalananku dan kumulai itu dengan berselancar di dunia maya. Tak berapa lama kulihat sebuah iklan dari salah satu agen travel di halaman instagram. Mereka menawarkan open trip ke sebuah pulau terpencil di tanggal merah yang sudah kutandai. Akhirnya aku mendaftarkan diri dan segera mentransfer uang mukanya.
Baca juga : Dijauhi Warga dan Dijuluki 'Pembawa Maut', Rahasia Bocah Malang ini Akhirnya Terungkap. Kisah horor tentang bocah misterius yang dijauhi oleh penduduk karena bertingkah aneh sejak kematian neneknya.
Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Bersama 30 tamu lainnya aku akhirnya tiba di sebuah pulau yang sangat sunyi. Pulau itu masih jarang dikunjungi sehingga masih sangat asri dan sakral tentunya. Pemandu mengingatkan kami untuk tetap bersama dan tidak pergi terlalu jauh. Tapi namanya bandel, aku yang kegirangan seperti ayam dilepas dari kandang segera berlari mengeksplor berbagai tempat di pulau itu.
Aku tidak mau membuang-buang waktu untuk berkenalan dan bercengkrama dengan tamu yang lain sebab tujuanku berlibur adalah untuk menghabiskan waktu sendiri. Jadi aku terus asik dengan diriku sendiri. Saking asiknya, aku tersentak saat keramaian di sekitarku menghilang. Aku tersadar bahwa aku mungkin sudah terlalu jauh dari yang lain.
Kubalikkan tubuhku ke belakang, namun tak kulihat seorang pun dari posisiku berdiri. Untuk sesaat aku merasa asing dengan jalan yang ada di belakangku sebab aku merasa tidak pernah melewatinya. Segera kubalikkan lagi tubuhku ke arah berlawanan, dan kali ini aku kembali heran karena semuanya sudah jelas berbeda dari yang sebelumnya kulihat.
Meski tak melihat siapapun di sana, aku tidak merasa gusar. Aku yakin akan bertemu mereka nanti. Suara burung di hutan membuatku merasa senang. Ditambah pemandangannya yang eksotis benar-benar membuatku tak menyesal telah menghabiskan gaji sebulan untuk ke sana. Setidaknya itu sepadan dengan harganya.
Aku kembali disibukkan dengan kamera di tanganku. Ku abadikan setiap bagian yang menurutku indah dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di suatu titik aku begitu takjub saat melihat sebuah pohon besar yang rimbun. Pohon itu berada sendiri di tengah seolah menjadi pusat perhatian bagi yang lain.
Segera kuangkat kameraku untuk mengabadikannya. Namun di jepretan kedua kalinya, aku dikejutkan dengan penampakan sesosok wanita bule. Entah darimana asalnya tapi dia tiba-tiba muncul tepat di depan pohon besar itu. Melihat kekagetanku, wanita itu mendekat lalu mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
Aku menjawabnya dengan bahasa Inggris yang pas-pasan tapi saat itu aku semakin terkejut sebab aku sama sekali tidak membuka mulutku saat berbicara. Wanita itu kemudian membalasku kembali dengan cara yang sama. Ia berbicara namun mulutnya tidak terbuka. Aku lantas berusaha sekuat tenaga membuka mulutku namun tak berhasil. Wanita itu tersenyum ke arahku lalu mengajakku pergi.
Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya terjadi. Ada apa dengan mulutku. Sesaat kemudian kudengar suara wanita itu yang mengatakan semuanya baik-baik saja. Dengan cepat aku menatap ke arahnya dan saat kulihat mulutnya sama sekali tidak terbuka aku semakin yakin bahwa kami berbicara melalui hati atau fikiran. Entahlah! Aku sebenarnya tak paham.
Baca juga : Tersesat di Perkampungan yang Diselimuti Kabut, Pemuda ini Histeris Mengetahui Faktanya. Cerpen horor tentang seorang pemuda desa yang tersesat di tempat misterius sepulang memancing.
Meski heran, anehnya aku menurut saja. Wanita itu kembali berjalan dan aku mengikutinya di belakang. Tak berapa lama tibalah kami di sebuah bangunan tua yang tak terawat. Ia bilang di sanalah kami akan istirahat karena hari sudah mulai gelap. Mendengar ucapannya yang masih tanpa membuka mulut itu aku pun tersentak karena sekeliling kami memang menjadi gelap padahal semenit yang lalu tempat itu masih terang.
Tak banyak basa-basi, wanita itu kemudian menawarkan makanan. Karena lapar, aku segera memakannya tanpa curiga. Selesai makan, aku merasa kepalaku pusing. Di antara sadar dan tidak, tiba-tiba kulihat wanita itu mengangkat sebuah kapak di tangannya dan mengarahkan kapak tersebut ke arahku, tepat ke kepalaku. Sontak aku menjerit sekuat tenaga dan mencoba untuk mengelak.
Hal itu membuatku seperti terlempar. Saat mataku berhasil terbuka, kulihat banyak orang di sekitarku. Mereka adalah pemandu dan beberapa tamu yang sudah kukenal wajahnya. Salah seorang pemandu mencoba menenangkanku dan membantuku untuk bangkit. Aku berada di atas sebuah kayu besar yang difungsikan sebagai ranjang dan tak jauh di depan, terlihat para tamu sedang asik mengitari api unggun.
Saat mataku mulai bergerak liar mengamati sekeliling, aku kembali terkejut mendapati sosok wanita bule di antara para tamu. Wanita itu adalah wanita yang mengarahkan kapaknya ke kepalaku. Meski takut, saat itu aku berfikir bahwa aku hanya bermimpi dan berusaha untuk tenang. Tapi saat wanita bule itu menatap ke arahku, kudengar suaranya di telingaku meskipun Ia berada pada jarak yang cukup jauh.
Ia berbisik, bahwa aku tidak bermimpi. Seperti sebelumnya, mulutnya juga tidak terbuka. Sontak saja aku bangkit merapatkan diri ke dekat pemandu. Dan di saat bersamaan, kulihat sosok wanita itu memudar di balik api unggun yang kian membara.
Keesokan harinya aku mengulang kembali hal yang sama. Pergi ke kantor dan menghadapi masalah yang hampir sama setiap harinya. Bertemu dengan teman kerja yang sama, melewati jalan yang sama, benar-benar kehidupan yang membosankan. Di sela-sela bekerja, kupandangi kalender di layar komputer mencoba mencari waktu yang tepat untuk lari dari semua rutinitas itu.
Sambil berteriak girang aku mengangkat kedua tanganku ke udara. Rekan-rekan di sekitarku sontak melihat ke arahku. Mereka mungkin berfikir aku sedang bahagia karena menang kuis atau karena berhasil mengumpulkan bonus besar bulan itu. Sebagian dari mereka tersenyum sambil geleng-geleng kepala, dan sebagian lagi hanya menatap dengan tatapan yang sinis.
Aku senang karena ada tanggal merah yang cukup untuk liburan. Segera kurencanakan perjalananku dan kumulai itu dengan berselancar di dunia maya. Tak berapa lama kulihat sebuah iklan dari salah satu agen travel di halaman instagram. Mereka menawarkan open trip ke sebuah pulau terpencil di tanggal merah yang sudah kutandai. Akhirnya aku mendaftarkan diri dan segera mentransfer uang mukanya.
Baca juga : Dijauhi Warga dan Dijuluki 'Pembawa Maut', Rahasia Bocah Malang ini Akhirnya Terungkap. Kisah horor tentang bocah misterius yang dijauhi oleh penduduk karena bertingkah aneh sejak kematian neneknya.
Hari yang kutunggu akhirnya tiba. Bersama 30 tamu lainnya aku akhirnya tiba di sebuah pulau yang sangat sunyi. Pulau itu masih jarang dikunjungi sehingga masih sangat asri dan sakral tentunya. Pemandu mengingatkan kami untuk tetap bersama dan tidak pergi terlalu jauh. Tapi namanya bandel, aku yang kegirangan seperti ayam dilepas dari kandang segera berlari mengeksplor berbagai tempat di pulau itu.
Aku tidak mau membuang-buang waktu untuk berkenalan dan bercengkrama dengan tamu yang lain sebab tujuanku berlibur adalah untuk menghabiskan waktu sendiri. Jadi aku terus asik dengan diriku sendiri. Saking asiknya, aku tersentak saat keramaian di sekitarku menghilang. Aku tersadar bahwa aku mungkin sudah terlalu jauh dari yang lain.
Kubalikkan tubuhku ke belakang, namun tak kulihat seorang pun dari posisiku berdiri. Untuk sesaat aku merasa asing dengan jalan yang ada di belakangku sebab aku merasa tidak pernah melewatinya. Segera kubalikkan lagi tubuhku ke arah berlawanan, dan kali ini aku kembali heran karena semuanya sudah jelas berbeda dari yang sebelumnya kulihat.
Meski tak melihat siapapun di sana, aku tidak merasa gusar. Aku yakin akan bertemu mereka nanti. Suara burung di hutan membuatku merasa senang. Ditambah pemandangannya yang eksotis benar-benar membuatku tak menyesal telah menghabiskan gaji sebulan untuk ke sana. Setidaknya itu sepadan dengan harganya.
Aku kembali disibukkan dengan kamera di tanganku. Ku abadikan setiap bagian yang menurutku indah dan berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Di suatu titik aku begitu takjub saat melihat sebuah pohon besar yang rimbun. Pohon itu berada sendiri di tengah seolah menjadi pusat perhatian bagi yang lain.
Segera kuangkat kameraku untuk mengabadikannya. Namun di jepretan kedua kalinya, aku dikejutkan dengan penampakan sesosok wanita bule. Entah darimana asalnya tapi dia tiba-tiba muncul tepat di depan pohon besar itu. Melihat kekagetanku, wanita itu mendekat lalu mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti.
Aku menjawabnya dengan bahasa Inggris yang pas-pasan tapi saat itu aku semakin terkejut sebab aku sama sekali tidak membuka mulutku saat berbicara. Wanita itu kemudian membalasku kembali dengan cara yang sama. Ia berbicara namun mulutnya tidak terbuka. Aku lantas berusaha sekuat tenaga membuka mulutku namun tak berhasil. Wanita itu tersenyum ke arahku lalu mengajakku pergi.
Aku bertanya-tanya dalam hati apa yang sebenarnya terjadi. Ada apa dengan mulutku. Sesaat kemudian kudengar suara wanita itu yang mengatakan semuanya baik-baik saja. Dengan cepat aku menatap ke arahnya dan saat kulihat mulutnya sama sekali tidak terbuka aku semakin yakin bahwa kami berbicara melalui hati atau fikiran. Entahlah! Aku sebenarnya tak paham.
Baca juga : Tersesat di Perkampungan yang Diselimuti Kabut, Pemuda ini Histeris Mengetahui Faktanya. Cerpen horor tentang seorang pemuda desa yang tersesat di tempat misterius sepulang memancing.
Meski heran, anehnya aku menurut saja. Wanita itu kembali berjalan dan aku mengikutinya di belakang. Tak berapa lama tibalah kami di sebuah bangunan tua yang tak terawat. Ia bilang di sanalah kami akan istirahat karena hari sudah mulai gelap. Mendengar ucapannya yang masih tanpa membuka mulut itu aku pun tersentak karena sekeliling kami memang menjadi gelap padahal semenit yang lalu tempat itu masih terang.
Tak banyak basa-basi, wanita itu kemudian menawarkan makanan. Karena lapar, aku segera memakannya tanpa curiga. Selesai makan, aku merasa kepalaku pusing. Di antara sadar dan tidak, tiba-tiba kulihat wanita itu mengangkat sebuah kapak di tangannya dan mengarahkan kapak tersebut ke arahku, tepat ke kepalaku. Sontak aku menjerit sekuat tenaga dan mencoba untuk mengelak.
Hal itu membuatku seperti terlempar. Saat mataku berhasil terbuka, kulihat banyak orang di sekitarku. Mereka adalah pemandu dan beberapa tamu yang sudah kukenal wajahnya. Salah seorang pemandu mencoba menenangkanku dan membantuku untuk bangkit. Aku berada di atas sebuah kayu besar yang difungsikan sebagai ranjang dan tak jauh di depan, terlihat para tamu sedang asik mengitari api unggun.
Saat mataku mulai bergerak liar mengamati sekeliling, aku kembali terkejut mendapati sosok wanita bule di antara para tamu. Wanita itu adalah wanita yang mengarahkan kapaknya ke kepalaku. Meski takut, saat itu aku berfikir bahwa aku hanya bermimpi dan berusaha untuk tenang. Tapi saat wanita bule itu menatap ke arahku, kudengar suaranya di telingaku meskipun Ia berada pada jarak yang cukup jauh.
Ia berbisik, bahwa aku tidak bermimpi. Seperti sebelumnya, mulutnya juga tidak terbuka. Sontak saja aku bangkit merapatkan diri ke dekat pemandu. Dan di saat bersamaan, kulihat sosok wanita itu memudar di balik api unggun yang kian membara.