Tafsimix - cerpen fiksi horor. Diiringi alunan musik yang sendu, malam itu aku akhirnya duduk bersandar di kursi paling belakang sebuah bus. Lelah rasanya setelah menunggu entah berapa lama di pinggir jalan, baru bus itulah yang berhenti dan mau mengangkutku. Aku bingung apa yang salah dengan orang-orang di sana. Apa mereka tidak butuh uang sehingga tidak mau mengangkut penumpang atau karena aku membawa terlalu banyak barang.
Apapun alasannya aku tidak lagi mau tahu. Yang terpenting adalah aku akan segera tiba di rumahku setelah hampir seminggu berada di tempat yang asing. Seminggu serasa sebulan bagiku. Liburan yang telah kurencanakan dengan matang nyatanya tidak berjalan dengan mulus. Ada saja kejadian yang membuatku jengkel sehingga tak sabar rasanya untuk kembali ke rumah.
Setibanya di depan rumah, aku menekan bel dengan bermalas-malasan. Kutekan berkali-kali sembari teriak tapi tak seorang pun membukakan pintu. Saat pintu akhirnya dibuka, kulihat Ibuku dengan mata sembab memandang ke segala arah. Ia meletakkan tangannya di bahu dan membiarkanku masuk.
Aku bertanya apa yang terjadi tapi Ibu hanya menangis dan Ia seperti menghindari tatapanku. Saat Ibu berjalan meninggalkanku, aku memutuskan untuk menyeret koperku ke kamar. Di jalan aku berfikir bahwa Ibu mungkin sedang ribut dengan Ayah. Sudah tipikal Ibu seperti itu. Menangis saat ada masalah tapi tidak mau berbagi cerita.
Baca juga : Tinggal di Asrama Bekas Bidan, Murid Ini Temukan Gadis Misterius yang Meneror Sekolah. Kisah horor tentang sekelompok gadis meisterius yang diduga arwah dari murid kebidanan yang tewas di asrama tersebut.
Sesampainya di kamar, aku terkejut melihat tempat tidurku. Tidak ada seprai dan bantalnya berantakan. Aku berfikir mungkin adikku sempat masuk saat aku pergi dan ibu tidak sempat membereskannya karena sedang bersedih. Atau mungkin Ibu belum melihat kamarku sama sekali.
Meski lelah aku akhirnya memutuskan untuk menemui Ibu. Aku ingin menanyakan dimana aku bisa menemukan seprai dan selimut untuk tidur. Saat aku mengetuk pintu kamar Ibu, lagi-lagi yang kudengar hanya tangisan. Hal itu membuatku jadi tambah kacau. Siapa yang tidak sedih jika kedua orangtuanya ribut melulu. Aku pun memutuskan untuk pergi.
Tapi sebelum aku beranjak jauh, aku mendengar suara Ayah yang berbicara pada Ibu dengan suara lembut. Tak berapa lama, juga terdengar suara Ibu yang sama lembutnya. Dari pembicaraan mereka, aku yakin bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Jika begitu, lalu apa yang membuat Ibu menangis terseduh-seduh?
Merasa penasaran, aku pun memutuskan untuk mengunjungi adikku ke kamarnya. Setibanya di sana, aku memutuskan untuk masuk karena Ia tidak mengunci kamarnya. Di atas tempat tidur, kulihat adikku tertidur pulas sembari memeluk boneka di tangannya. Boneka itu adalah boneka pemberianku saat ulang tahunnya bulan lalu.
Saat kuperhatikan wajah adikku, kulihat airmata membekas di pipinya. Hal itu membuatku bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Ibu sedang ada masalah dengan adikku? Atau mungkinkah adikku sedang rindu padaku karena sudah seminggu tidak bertemu? Dari caranya memeluk boneka pemberianku, mungkin alasan kedua lebih masuk akal.
Aku memutuskan kembali ke kamar karena tidak tega membangunkan adikku. Setibanya di kamar, aku langsung membaringkan tubuh di atas tempat tidur dan menghela nafas panjang. Dalam detik-detik itu aku merasa hampa dan kesepian. Lebih dari itu, aku juga merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupku.
Ketika aku terbangun keesokan harinya, aku dibuat emosi oleh aroma busuk yang entah dari mana tiba-tiba tercium oleh hidungku. Aku menggerutu sambil menutup hidung. Dalam hati aku berfikir kenapa kamarku menjadi bau busuk seperti sudah lama tidak dibersihkan. Kenapa Ibu membiarkan ada bangkai di dalam kamarku.
Sambil terus menutup hidung, aku mencoba mencari sumber bau itu. Kuseraki barang-barang di kamarku seperti orang kesetanan. Karena tak menemukan apapun, aroma busuk yang semakin tajam membuatku emosi. Aku lantas membanting barang apa saja yang ada di dekatku untuk meluapkan kekesalan.
Keributan yang kutimbulkan akhirnya membuat Ibu dan adikku datang. Mereka segera masuk untuk melihat apa yang terjadi. Aku pun segera menghampiri Ibu dan mengeluhkan bau busuk yang kucium. Tapi lagi-lagi, bukannya mendengarkanku, Ibu malah menangis. Hal yang sama pun dilakukan oleh adikku. Ia memeluk Ibu sembari menangis.
Hal itu tentu saja membuatku heran. Mengapa mereka begitu suka menangis seolah tidak menghiraukan ucapanku. Rasa penasaranku akhirnya terjawab saat seseorang masuk ke kamar dan melintasi tubuhku. Orang itu adalah Ayahku sendiri. Aku terkejut setengah mati menyaksikan Ayahku menembus tubuhku seolah-olah tidak menyadari keberadaanku.
Baca juga : Diwarisi Boneka Cantik, Sifat Gadis Kecil ini Berubah Drastis. Cerpen horor tentang sebuah keluarga yang alami kejadian tragis setelah seorang peramal menghadiahi boneka pada gadis kecil mereka.
Ketika Ayah memeluk Ibu dan memintanya untuk ikhlas, aku terjatuh lemas di tempatku berdiri. Ibu dan adik terus menangis sementara Ayah mencoba menguatkan. Di saat-saat itu, aku seolah terlempar kembali ke masa-masa ketika aku berhadapan dengan maut yang merenggut kehidupanku. Pada akhirnya, sama seperti Ibu dan adikku, aku hanya menangis sembari memeluk kakiku sendiri.
Apapun alasannya aku tidak lagi mau tahu. Yang terpenting adalah aku akan segera tiba di rumahku setelah hampir seminggu berada di tempat yang asing. Seminggu serasa sebulan bagiku. Liburan yang telah kurencanakan dengan matang nyatanya tidak berjalan dengan mulus. Ada saja kejadian yang membuatku jengkel sehingga tak sabar rasanya untuk kembali ke rumah.
Setibanya di depan rumah, aku menekan bel dengan bermalas-malasan. Kutekan berkali-kali sembari teriak tapi tak seorang pun membukakan pintu. Saat pintu akhirnya dibuka, kulihat Ibuku dengan mata sembab memandang ke segala arah. Ia meletakkan tangannya di bahu dan membiarkanku masuk.
Aku bertanya apa yang terjadi tapi Ibu hanya menangis dan Ia seperti menghindari tatapanku. Saat Ibu berjalan meninggalkanku, aku memutuskan untuk menyeret koperku ke kamar. Di jalan aku berfikir bahwa Ibu mungkin sedang ribut dengan Ayah. Sudah tipikal Ibu seperti itu. Menangis saat ada masalah tapi tidak mau berbagi cerita.
Baca juga : Tinggal di Asrama Bekas Bidan, Murid Ini Temukan Gadis Misterius yang Meneror Sekolah. Kisah horor tentang sekelompok gadis meisterius yang diduga arwah dari murid kebidanan yang tewas di asrama tersebut.
Sesampainya di kamar, aku terkejut melihat tempat tidurku. Tidak ada seprai dan bantalnya berantakan. Aku berfikir mungkin adikku sempat masuk saat aku pergi dan ibu tidak sempat membereskannya karena sedang bersedih. Atau mungkin Ibu belum melihat kamarku sama sekali.
Meski lelah aku akhirnya memutuskan untuk menemui Ibu. Aku ingin menanyakan dimana aku bisa menemukan seprai dan selimut untuk tidur. Saat aku mengetuk pintu kamar Ibu, lagi-lagi yang kudengar hanya tangisan. Hal itu membuatku jadi tambah kacau. Siapa yang tidak sedih jika kedua orangtuanya ribut melulu. Aku pun memutuskan untuk pergi.
Tapi sebelum aku beranjak jauh, aku mendengar suara Ayah yang berbicara pada Ibu dengan suara lembut. Tak berapa lama, juga terdengar suara Ibu yang sama lembutnya. Dari pembicaraan mereka, aku yakin bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Jika begitu, lalu apa yang membuat Ibu menangis terseduh-seduh?
Merasa penasaran, aku pun memutuskan untuk mengunjungi adikku ke kamarnya. Setibanya di sana, aku memutuskan untuk masuk karena Ia tidak mengunci kamarnya. Di atas tempat tidur, kulihat adikku tertidur pulas sembari memeluk boneka di tangannya. Boneka itu adalah boneka pemberianku saat ulang tahunnya bulan lalu.
Saat kuperhatikan wajah adikku, kulihat airmata membekas di pipinya. Hal itu membuatku bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Ibu sedang ada masalah dengan adikku? Atau mungkinkah adikku sedang rindu padaku karena sudah seminggu tidak bertemu? Dari caranya memeluk boneka pemberianku, mungkin alasan kedua lebih masuk akal.
Aku memutuskan kembali ke kamar karena tidak tega membangunkan adikku. Setibanya di kamar, aku langsung membaringkan tubuh di atas tempat tidur dan menghela nafas panjang. Dalam detik-detik itu aku merasa hampa dan kesepian. Lebih dari itu, aku juga merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupku.
Ketika aku terbangun keesokan harinya, aku dibuat emosi oleh aroma busuk yang entah dari mana tiba-tiba tercium oleh hidungku. Aku menggerutu sambil menutup hidung. Dalam hati aku berfikir kenapa kamarku menjadi bau busuk seperti sudah lama tidak dibersihkan. Kenapa Ibu membiarkan ada bangkai di dalam kamarku.
Sambil terus menutup hidung, aku mencoba mencari sumber bau itu. Kuseraki barang-barang di kamarku seperti orang kesetanan. Karena tak menemukan apapun, aroma busuk yang semakin tajam membuatku emosi. Aku lantas membanting barang apa saja yang ada di dekatku untuk meluapkan kekesalan.
Keributan yang kutimbulkan akhirnya membuat Ibu dan adikku datang. Mereka segera masuk untuk melihat apa yang terjadi. Aku pun segera menghampiri Ibu dan mengeluhkan bau busuk yang kucium. Tapi lagi-lagi, bukannya mendengarkanku, Ibu malah menangis. Hal yang sama pun dilakukan oleh adikku. Ia memeluk Ibu sembari menangis.
Hal itu tentu saja membuatku heran. Mengapa mereka begitu suka menangis seolah tidak menghiraukan ucapanku. Rasa penasaranku akhirnya terjawab saat seseorang masuk ke kamar dan melintasi tubuhku. Orang itu adalah Ayahku sendiri. Aku terkejut setengah mati menyaksikan Ayahku menembus tubuhku seolah-olah tidak menyadari keberadaanku.
Baca juga : Diwarisi Boneka Cantik, Sifat Gadis Kecil ini Berubah Drastis. Cerpen horor tentang sebuah keluarga yang alami kejadian tragis setelah seorang peramal menghadiahi boneka pada gadis kecil mereka.
Ketika Ayah memeluk Ibu dan memintanya untuk ikhlas, aku terjatuh lemas di tempatku berdiri. Ibu dan adik terus menangis sementara Ayah mencoba menguatkan. Di saat-saat itu, aku seolah terlempar kembali ke masa-masa ketika aku berhadapan dengan maut yang merenggut kehidupanku. Pada akhirnya, sama seperti Ibu dan adikku, aku hanya menangis sembari memeluk kakiku sendiri.