Iseng Nyanyikan Lingsir Wengi Saat Tak Bisa Tidur, Pria Ini Kedatangan Tamu Tak Diundang di Sudut Kamarnya

Diposkan oleh on 2018/04/06 - 10:35:00 PM

Tafsimix - cerpen fiksi horor. Malam itu aku dan Wawan hanya berdua di kos karena anak yang lain pada pulang kampung. Aku dan Wawan kebetulan masih memiliki beberapa urusan di kampus jadi belum bisa pulang. Karena cuma berdua, suasana kos malam itu sangat sepi. Setelah makan malam, Wawan mengajakku ke kampus untuk berburu wifi gratis. Sebenarnya malam itu aku malas sekali untuk keluar, tapi daripada sendirian di kos kaya orang gila lebih baik aku ikut Wawan.

Seperti biasa, lokasi favorit kami untuk menikmati wifi gratis adalah gedung jurusan ilmu komunikasi yang letaknya termasuk di ujung kampus. Gedung tersebut berada agak menjorok ke dalam sehingga tidak terlihat dari jalan. Karena sudah musim libur, malam itu tempat tersebut terlihat sepi. Padahal biasanya banyak mahasiswa berkumpul di sana hingga larut malam.

Setibanya di lokasi aku segera mengambil posisi di dekat jendela karena ada cok sambung yang bisa digunakan untuk mencharge baterai laptop. Sementara Wawan mengambil posisi tak jauh dariku. Ia duduk di sebuah kursi batu dan mulai sibuk dengan kegiatan browsingnya. Biasanya sih dia paling hobi searching video stand up komedi di youtube. Tapi malam itu sepertinya dia membuka sesuatu yang di luar kebiasaannya.

Saat kulihat Wawan begitu motan menatap layar laptopnya, aku jadi penasaran. Apa yang sebenarnya sedang Ia tonton sehingga matanya seolah-olah tidak berkedip. Aku meletakkan laptopku di lantai dan menyusul ke tempatnya. Ternyata Wawan sedang menonton sebuah video yang mengulas mitos tentang sebuah lagu berjudul lingsir wengi yang katanya merupakan lagu pemanggil kuntilanak.

Melihat judulnya saja sudah membuatku bergidik. Saat itu Wawan menawarkanku untuk mendengarkan lagu itu melalui headsetnya tapi aku menolak. Sebagai orang yang penakut penakut tentu saja aku tidak mau ambil resiko mendengarkan sebuah lagu yang mungkin akan membuatku bermimpi buruk atau bahkan lebih parah membuatku tidak bisa tidur.

Wawan lantas tertawa sembari meledekku. Ia bilang aku penakut dan terlalu percaya pada mitos. Well, jujur saja aku memang penakut dan bagaimanapun aku memang mempercayai beberapa mitos yang berhubungan dengan dunia ghaib termasuk mitos mengenai kuntilanak. Mendengar namanya saja sudah membuatku merinding sebab aku langsung terbayang sosok menyeramkan itu.

Aku kembali ke posisiku semula dan melanjutkan kegiatanku yang sebelumnya kutinggal. Angin malam yang bertiup sepai-sepoi entah mengapa membuat bulu kudukku berdiri. Sambil mengusap-usap pundak, aku mengeluarkan jaket yang memang sengaja kubawa kalau-kalau cuaca malam itu tidak bersahabat.

Baca juga : Dikira Hilang Karena Diculik Penjahat, Bocah ini Ternyata Disembunyikan Sosok ini. Simak kisah nyata pengalaman bocah diculik makhluk gaib saat main petak umpet.

Melihat gerak-gerikku tersebut, Wawan kembali tertawa sambil meledekku. Tak peduli dengan ocehannya aku kembali fokus pada layar laptopku. Tak berapa lama aku mendengar notifikasi pesan masuk dari facebook. Dan saat kubuka, ternyata pesan itu dari Wawan yang sengaja mengirimiku gambar kuntilanak. Sontak saja hal itu membuatku mengumpat ke arahnya. Sementara Wawan tertawa geli melihat ekspresi dan repetanku.

Gara-gara ulah Wawan itu, aku pun jadi merinding. Kupandangi sekeliling kami dan kusadari hanya tinggal kami berdua di sana. Langit sudah semakin gelap dan entah mengapa malam itu tiba-tiba menjadi dingin sekali. Entah karena baper atau karena memang dingin, yang pasti aku beberapa kali merasakan tubuhku menggigil.

Sekitar jam sepuluh aku mengajak Wawan pulang, tapi Dia sepertinya masih asyik dengan tontonannya. Wawan berdalih bahwa ia sedang mendownload video jadi Ia memintaku untuk menunggu. Sekitar jam sebelas kurang, kami akhirnya meninggalkan tempat itu untuk kembali ke kos. Di sepanjang perjalanan aku merasa tidak tenang karena jalanan sangat sepi.

Untuk menghemat waktu, Wawan mengajakku mengambil jalan pintas melalui fakultas keperawatan. Itu adalah kali pertama aku melewati fakultas tersebut. Banyaknya pepohonan yang tinggi dan rimbun ditambah minimnya cahaya penerangan membuat jalanan yang kami lalui berasa begitu menyeramkan.

Menyadari kecemasanku, Wawan yang jahil pun kembali mengingatkanku pada mitos kuntilanak yang tadi Ia tonton. Ia bahkan sengaja menyanyikan lagu lingsir wengi untuk menakut-nakutiku. Sontak saja aku memukul pundaknya dan berlari kencang saat aku tak sengaja menangkap sosok bayangan berkelabat melintas tak jauh dari kami.

Baca juga : Kumpulan Cerpen Horor Dua Kalimat yang Seram Abis. Siapa Bilang cerita horor itu harus panjang? Simak cerita horor yang cuma dua kalimat ini.

Saat itu Wawan ikut berlari namun Ia terus tertawa meledekku. Ia juga tak percaya dengan apa yang kulihat dan menuduhku hanya mengarang cerita. Karena kesal, aku tidak lagi menanggapi candaan Wawan dan memutuskan untuk segera masuk ke kamarku. Wawan sempat membujukku untuk tidak langsung tidur karena dia masih belum mengantuk. Tapi karena kesal dan memang sudah capek, aku memutuskan untuk tidur lebih dulu.

Belum begitu pulas, samar-samar kudengar Wawan bernyanyi di kamarnya. Awalnya aku tidak ngeh dengan lagu yang ia nyanyikan sampai akhirnya kudengar suara jeritan yang berasal dari kamar Wawan. Jeritan itu adalah jeritan Wawan. Sontak saja aku terbangun dan berlari ke luar kamar untuk melihat apa yang terjadi.

Cerpen horor mitos lagu pemanggil kuntilanak

Di waktu yang bersamaan, kulihat Wawan berlari pontang-panting dengan wajah pucat menuju ke kamarku. Aku pun segera bertanya apa yang terjadi. Ternyata, Wawan iseng-iseng menyanyikan lagu lingsir wengi versi gubahan yang liriknya sudah diubah. Di tengah-tengah nyanyiannya, Wawan mengaku dikejutkan dengan penampakan yang ia yakini adalah sosok kuntilanak di sudut kamarnya. Wawan menyadari kemunculan sosok tersebut setelah melihat bayangannya di cermin.

Sontak saja hal itu membuatku ketakutan setengah mati. Meski awalnya aku berfikir untuk mengejek Wawan dan menyebutnya kualat, namun pada akhirnya aku tidak mampu berkata-kata karena Wawan juga terlihat ketakutan. Alhasil, malam itu Wawan menumpang tidur di kamarku dan kami baru berhasil memejamkan mata sekitar jam tiga dini hari.