Tafsimix - cerpen fiksi horor. Ahmad tumbuh sebagai pribadi yang ilmiah. Sejak kecil, sang Ayah yang seorang dosen selalu menanamkan sifat-sifat ilmiah yang menekankan logika. Ahmad dan keluarganya tidak percaya pada cerita hantu dan sangat anti dengan hal-hal yang berbau mistis. Akan tetapi tidak begitu halnya dengan sang nenek. Wanita berusia 72 tahun itu sangat percaya bahwa makhluk gaib benar-benar ada di sekitar manusia termasuk hantu.
Ketika Ahmad berusia 15 tahun, Ia tinggal bersama sang nenek karena Ia bersekolah di dekat rumah neneknya. Di sana, Ahmad juga tingga bersama salah seorang sepupunya yang bernama Raka. Raka seumuran dengan Ahmad tapi masih terlihat seperti anak-anak karena perawakannya kecil. Raka bersekolah di tempat yang sama dengan Ahmad.
Sama seperti sang nenek, Raka juga percaya bahwa hantu itu ada. Apapun sebutannya, ia percaya bahwa ada makhluk lain selain manusia yang kerap menampakkan diri. Sebelum tinggal di rumah sang nenek, Raka bahkan sempat meminta untuk kos di luar karena menganggap rumah neneknya terlalu horor. Tapi karena Ahmad juga tinggal di sana, Raka akhirnya setuju untuk tinggal bersama sang nenek dengan catatan Ia harus sekamar dengan Ahmad.
Rumah sang nenek terletak di sebuah gang yang terbilang masih sepi. Hanya ada beberapa rumah di gang tersebut dan rumah sang nenek terpisah agak jauh dari rumah lainnya sehingga saat malam rumah itu terlihat sangat sepi. Di sekeliling rumah terdapat beberapa pohon buah-buahan yang daunnya selalu mengotori halaman. Jika sang nenek tidak sempat menyapu, halaman rumah pun terlihat sangat kotor sehingga menambah kesan horor rumah tua itu.
Sore itu sekitar jam 6, Ahmad dan Raka baru pulang dari bermain sepak bola. Karena baru pulang menjelang magrib, sang nenek pun memarahi mereka. Sang nenek beranggapan bahwa waktu menjelang magrib merupakan waktu yang paling disukai para setan untuk keluar. Tentu saja Ahmad tertawa geli mendengar penjelasan sang nenek. Sementara Raka terlihat memegang tekuknya karena merinding.
Sekitar jam 8 malam, lingkungan sekitar rumah nenek dihebohkan dengan jeritan salah satu warga yang mengaku melihat pocong dari balik jendela kamarnya. Bersama sang nenek, Ahmad dan Raka ikut nimbrung untuk mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengetahui adanya penampakan pocong membuat Raka menjadi ketakutan. Sedangkan Ahmad tidak terpengaruh oleh cerita itu dan beranggapan bahwa ada orang yang iseng menyamar jadi pocong untuk menakut-nakuti orang lain.
Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Raka terus menempel di samping neneknya karena takut. Setibanya di rumah Raka bertanya pada neneknya mengenai pocong tersebut. Sang nenek lantas bercerita bahwa dua minggu yang lalu sebelum Ahmad dan Raka datang, ada warga yang meninggal dunia karena kecelakaan. Sejak saat itu, ada beberapa orang yang mengaku melihat pocong.
Sang nenek melanjutkan, kemungkinan saat korban dikebumikan tali pocongnya lupa dilepaskan sehingga arwahnya gentayangan dan meminta orang lain untuk membuka tali pocongnya. Penjelasan sang nenek sontak membuat Raka merinding. Sementara Ahmad yang juga menyimak penjelasan sang nenek lagi-lagi tertawa geli. Menurutnya, cerita sang nenek tentang pocong dan tali pocong sangat konyol dan tidak masuk akal.
Saat Ahmad memutuskan untuk kembali ke kamarnya, dengan gerakan cepat Raka menyusul di belakang. Ahmad yang sadar akan ketakutan Raka lantas berlari ke arah berlawanan sambil berteriak pocong. Hal itu sontak membuat Raka menjerit dan berlari kembali ke tempat neneknya. Melihat keusilan Ahmad, sang nenek pun menegurnya tapi Ia juga tersenyum melihat ekspresi ketakutan Raka. Sementara Ahmad terus tertawa sampai-sampai perutnya terasa sakit.
Karena ulah jahilnya, Ahmad mau tidak mau harus menerima konsekuensinya. Raka yang masih ketakutan memaksa untuk tidur di ranjang yang sama dengan Ahmad. Alhasil keduanya tidur sempit-sempitan.
Baca juga : Nyanyikan Lingsir Wengi, Mahasiswa ini Lari terbirit-birit karena Penampakan ini. Cerita horor tentang mitos lagu pemanggil kuntilanak berjudul lingsir wengi.
Malam berikutnya, sekitar jam 9 Ahmad mengajak Raka membeli bakso di gang sebelah. Karena masih takut dengan isu pocong tersebut, Raka yang kapok dijahili Ahmad pun menolak untuk ikut. Ahmad membujuknya berkali-kali namun Raka tetap menolak. Karena kesal, Ahmad lantas menakut-nakuti Raka dan mengatakan bahwa Raka lebih tidak aman di rumah karena nenek sudah tua dan tidak bisa melindungi Raka dari pocong.
Mendengar ucapan Ahmad tersebut, Raka pun segera berlalu untuk bergabung bersama neneknya di depan televisi. Sebelum pergi ke ruang tv, Raka balik menakut-nakuti Ahmad dan menyumpahi Ahmad bertemu sang pocong. Bukannya takut, Ahmad malah tertawa geli dan bergurau bahwa Ia akan mengajak pocong itu berkenalan dan menawarinya bakso. Tentu saja Ahmad berkata demikian sebab Ia yakin bahwa pocong itu hanyalah penyamaran orang iseng saja.
Setelah berpamitan pada sang nenek, Ahmad pun pergi untuk membeli bakso. Tentu saja Ia tidak merasa takut sama sekali meskipun jalanan yang dilalui cukup sepi. Saat perjalanan pergi memang tidak ada hal aneh yang terjadi. Tapi saat perjalanan pulang, tiba-tiba Ahmad menangkap sosok berwarna putih di antara pepohonan pisang yang berada di dekat rumah sang nenek.
Bukannya takut, Ahmad justru berhenti dan memperhatikan sosok tersebut dengan seksama untuk memastikan apa yang Ia lihat. Dari kejauhan, sosok berwarna putih itu terlihat seperti batang pisang yang terlihat terang karena terkena cahaya lampu. Setidaknya itulah kesimpulan Ahmad. Tapi ketika memeriksa untuk kali kedua, Ahmad menjadi heran karena sosok yang ia kira batang pohon pisang itu sudah berpindah posisi.
Kembali ia mengamati sosok itu dengan seksama dan memutuskan untuk memeriksa dari jarak yang lebih dekat. Dari jarak tersebut, ia dapat menyimpulkan bahwa sosok itu menyerupai pocong. Tapi bukannya takut, saat itu Ahmad malah tersenyum geli karena berfikir bahwa ia sedang dikerjai. Ia menduga bahwa sosok pocong itu adalah Raka yang mencoba balas dendam.
Ahmad lantas mendekati sosok tersebut sembari menyuruhnya untuk keluar. Dari posisinya, Ahmad dapat melihat ekspresi wajah sosok itu dengan jelas dan kembali tertawa karena tak habis fikir dengan dandanan Raka. Ia bahkan meledek ekspresi Raka yang terlihat sok serius.
Karena tak ada tanggapan dari sosok tersebut, Ahmad lantas memutuskan untuk membalikkan badan. Sambil berjalan, Ahmad mencoba menakut-nakuti sosok yang ia yakini Raka itu dengan mengatakan ada pocong di belakangnya. Ahmad yang awalnya yakin bahwa Raka akan berteriak dan lari pontang-panting justru merasa heran karena yang ia dengar justru suara tawa.
Suara tawa itu memang suara Raka tapi asal suaranya tidak dari sosok yang berada di belakang Ahmad melainkan dari salah satu ruangan di rumah sang nenek. Menyadari fakta tersebut sontak membuat Ahmad gusar. Meski begitu, Ahmad masih tetap mencoba berfikir positif. Seperti sebelumnya Ia menduga sosok pocong itu hanyalah ulah orang iseng saja.
Baca juga : Cerpen horor Kisah Nyata tentang Bocah yang diculik Wewe Gombel. Benarkah wewe gombel itu ada dan suka menyembunyikan anak kecil? Kisah bocah ini mungkin salah satunya.
Bertahan dengan keyakinannya tersebut, Ahmad lantas membalikkan badannya kembali untuk memastikan sosok yang ada di belakangnya. Untuk sesaat Ahmad merasakan jantungnya berdegup kencang karena Ia mendapati sosok itu menatap ke arahnya dengan tatapan mata yang mendelik.
Ahmad mulai merasakan sensasi takut saat Ia dengan sadar mencium aroma tak sedap seperti bau bangkai yang menampar indera penciumannya. Ketakutan itupun semakin menjadi ketika sosok yang ada di hadapannya menghilang begitu saja seperti lenyap ditelan bumi. Sontak saja hal tersebut membuat Ahmad menjerit histeris. Saking takutnya Ia bahkan tak mampu berlari dan hanya terdiam di posisinya.
Saat sang nenek dan Raka keluar, mereka segera menghampiri Ahmad yang terdiam dengan wajah pucat. Tak lama kemudian beberapa warga juga terlihat berdatangan ke rumah sang nenek. Lagi-lagi kampung itu dihebohkan dengan penampakan pocong. Ahmad yang melihat secara langsung sosok tersebut dari jarak dekat tidak mampu berkata-kata. Seolah menelan ludahnya sendiri Ahmad pun menjadi percaya bahwa hantu itu ada. Sejak kejadian itu, Ahmad bahkan menjadi lebih penakut dari Raka.
Ketika Ahmad berusia 15 tahun, Ia tinggal bersama sang nenek karena Ia bersekolah di dekat rumah neneknya. Di sana, Ahmad juga tingga bersama salah seorang sepupunya yang bernama Raka. Raka seumuran dengan Ahmad tapi masih terlihat seperti anak-anak karena perawakannya kecil. Raka bersekolah di tempat yang sama dengan Ahmad.
Sama seperti sang nenek, Raka juga percaya bahwa hantu itu ada. Apapun sebutannya, ia percaya bahwa ada makhluk lain selain manusia yang kerap menampakkan diri. Sebelum tinggal di rumah sang nenek, Raka bahkan sempat meminta untuk kos di luar karena menganggap rumah neneknya terlalu horor. Tapi karena Ahmad juga tinggal di sana, Raka akhirnya setuju untuk tinggal bersama sang nenek dengan catatan Ia harus sekamar dengan Ahmad.
Rumah sang nenek terletak di sebuah gang yang terbilang masih sepi. Hanya ada beberapa rumah di gang tersebut dan rumah sang nenek terpisah agak jauh dari rumah lainnya sehingga saat malam rumah itu terlihat sangat sepi. Di sekeliling rumah terdapat beberapa pohon buah-buahan yang daunnya selalu mengotori halaman. Jika sang nenek tidak sempat menyapu, halaman rumah pun terlihat sangat kotor sehingga menambah kesan horor rumah tua itu.
Sore itu sekitar jam 6, Ahmad dan Raka baru pulang dari bermain sepak bola. Karena baru pulang menjelang magrib, sang nenek pun memarahi mereka. Sang nenek beranggapan bahwa waktu menjelang magrib merupakan waktu yang paling disukai para setan untuk keluar. Tentu saja Ahmad tertawa geli mendengar penjelasan sang nenek. Sementara Raka terlihat memegang tekuknya karena merinding.
Sekitar jam 8 malam, lingkungan sekitar rumah nenek dihebohkan dengan jeritan salah satu warga yang mengaku melihat pocong dari balik jendela kamarnya. Bersama sang nenek, Ahmad dan Raka ikut nimbrung untuk mencaritahu apa yang sebenarnya terjadi. Mengetahui adanya penampakan pocong membuat Raka menjadi ketakutan. Sedangkan Ahmad tidak terpengaruh oleh cerita itu dan beranggapan bahwa ada orang yang iseng menyamar jadi pocong untuk menakut-nakuti orang lain.
Sepanjang perjalanan kembali ke rumah, Raka terus menempel di samping neneknya karena takut. Setibanya di rumah Raka bertanya pada neneknya mengenai pocong tersebut. Sang nenek lantas bercerita bahwa dua minggu yang lalu sebelum Ahmad dan Raka datang, ada warga yang meninggal dunia karena kecelakaan. Sejak saat itu, ada beberapa orang yang mengaku melihat pocong.
Sang nenek melanjutkan, kemungkinan saat korban dikebumikan tali pocongnya lupa dilepaskan sehingga arwahnya gentayangan dan meminta orang lain untuk membuka tali pocongnya. Penjelasan sang nenek sontak membuat Raka merinding. Sementara Ahmad yang juga menyimak penjelasan sang nenek lagi-lagi tertawa geli. Menurutnya, cerita sang nenek tentang pocong dan tali pocong sangat konyol dan tidak masuk akal.
Saat Ahmad memutuskan untuk kembali ke kamarnya, dengan gerakan cepat Raka menyusul di belakang. Ahmad yang sadar akan ketakutan Raka lantas berlari ke arah berlawanan sambil berteriak pocong. Hal itu sontak membuat Raka menjerit dan berlari kembali ke tempat neneknya. Melihat keusilan Ahmad, sang nenek pun menegurnya tapi Ia juga tersenyum melihat ekspresi ketakutan Raka. Sementara Ahmad terus tertawa sampai-sampai perutnya terasa sakit.
Karena ulah jahilnya, Ahmad mau tidak mau harus menerima konsekuensinya. Raka yang masih ketakutan memaksa untuk tidur di ranjang yang sama dengan Ahmad. Alhasil keduanya tidur sempit-sempitan.
Baca juga : Nyanyikan Lingsir Wengi, Mahasiswa ini Lari terbirit-birit karena Penampakan ini. Cerita horor tentang mitos lagu pemanggil kuntilanak berjudul lingsir wengi.
Malam berikutnya, sekitar jam 9 Ahmad mengajak Raka membeli bakso di gang sebelah. Karena masih takut dengan isu pocong tersebut, Raka yang kapok dijahili Ahmad pun menolak untuk ikut. Ahmad membujuknya berkali-kali namun Raka tetap menolak. Karena kesal, Ahmad lantas menakut-nakuti Raka dan mengatakan bahwa Raka lebih tidak aman di rumah karena nenek sudah tua dan tidak bisa melindungi Raka dari pocong.
Mendengar ucapan Ahmad tersebut, Raka pun segera berlalu untuk bergabung bersama neneknya di depan televisi. Sebelum pergi ke ruang tv, Raka balik menakut-nakuti Ahmad dan menyumpahi Ahmad bertemu sang pocong. Bukannya takut, Ahmad malah tertawa geli dan bergurau bahwa Ia akan mengajak pocong itu berkenalan dan menawarinya bakso. Tentu saja Ahmad berkata demikian sebab Ia yakin bahwa pocong itu hanyalah penyamaran orang iseng saja.
Setelah berpamitan pada sang nenek, Ahmad pun pergi untuk membeli bakso. Tentu saja Ia tidak merasa takut sama sekali meskipun jalanan yang dilalui cukup sepi. Saat perjalanan pergi memang tidak ada hal aneh yang terjadi. Tapi saat perjalanan pulang, tiba-tiba Ahmad menangkap sosok berwarna putih di antara pepohonan pisang yang berada di dekat rumah sang nenek.
Bukannya takut, Ahmad justru berhenti dan memperhatikan sosok tersebut dengan seksama untuk memastikan apa yang Ia lihat. Dari kejauhan, sosok berwarna putih itu terlihat seperti batang pisang yang terlihat terang karena terkena cahaya lampu. Setidaknya itulah kesimpulan Ahmad. Tapi ketika memeriksa untuk kali kedua, Ahmad menjadi heran karena sosok yang ia kira batang pohon pisang itu sudah berpindah posisi.
Kembali ia mengamati sosok itu dengan seksama dan memutuskan untuk memeriksa dari jarak yang lebih dekat. Dari jarak tersebut, ia dapat menyimpulkan bahwa sosok itu menyerupai pocong. Tapi bukannya takut, saat itu Ahmad malah tersenyum geli karena berfikir bahwa ia sedang dikerjai. Ia menduga bahwa sosok pocong itu adalah Raka yang mencoba balas dendam.
Ahmad lantas mendekati sosok tersebut sembari menyuruhnya untuk keluar. Dari posisinya, Ahmad dapat melihat ekspresi wajah sosok itu dengan jelas dan kembali tertawa karena tak habis fikir dengan dandanan Raka. Ia bahkan meledek ekspresi Raka yang terlihat sok serius.
Karena tak ada tanggapan dari sosok tersebut, Ahmad lantas memutuskan untuk membalikkan badan. Sambil berjalan, Ahmad mencoba menakut-nakuti sosok yang ia yakini Raka itu dengan mengatakan ada pocong di belakangnya. Ahmad yang awalnya yakin bahwa Raka akan berteriak dan lari pontang-panting justru merasa heran karena yang ia dengar justru suara tawa.
Suara tawa itu memang suara Raka tapi asal suaranya tidak dari sosok yang berada di belakang Ahmad melainkan dari salah satu ruangan di rumah sang nenek. Menyadari fakta tersebut sontak membuat Ahmad gusar. Meski begitu, Ahmad masih tetap mencoba berfikir positif. Seperti sebelumnya Ia menduga sosok pocong itu hanyalah ulah orang iseng saja.
Baca juga : Cerpen horor Kisah Nyata tentang Bocah yang diculik Wewe Gombel. Benarkah wewe gombel itu ada dan suka menyembunyikan anak kecil? Kisah bocah ini mungkin salah satunya.
Bertahan dengan keyakinannya tersebut, Ahmad lantas membalikkan badannya kembali untuk memastikan sosok yang ada di belakangnya. Untuk sesaat Ahmad merasakan jantungnya berdegup kencang karena Ia mendapati sosok itu menatap ke arahnya dengan tatapan mata yang mendelik.
Ahmad mulai merasakan sensasi takut saat Ia dengan sadar mencium aroma tak sedap seperti bau bangkai yang menampar indera penciumannya. Ketakutan itupun semakin menjadi ketika sosok yang ada di hadapannya menghilang begitu saja seperti lenyap ditelan bumi. Sontak saja hal tersebut membuat Ahmad menjerit histeris. Saking takutnya Ia bahkan tak mampu berlari dan hanya terdiam di posisinya.
Saat sang nenek dan Raka keluar, mereka segera menghampiri Ahmad yang terdiam dengan wajah pucat. Tak lama kemudian beberapa warga juga terlihat berdatangan ke rumah sang nenek. Lagi-lagi kampung itu dihebohkan dengan penampakan pocong. Ahmad yang melihat secara langsung sosok tersebut dari jarak dekat tidak mampu berkata-kata. Seolah menelan ludahnya sendiri Ahmad pun menjadi percaya bahwa hantu itu ada. Sejak kejadian itu, Ahmad bahkan menjadi lebih penakut dari Raka.