Tafsimix - Cerpen Fiksi Horor. Beberapa hari belakangan ini, kampungku dihebohkan dengan penampakan kuntilanak di belakang rumah salah satu warga. Kejadian tersebut bermula ketika pemilik rumah mengadakan hajatan dan saat acara memasak, tiba-tiba seorang Ibu menjerit histeris hingga pingsan. Ketika sadar, wanita itu menjelaskan bahwa ia melihat kuntilanak.
Sontak saja pengakuan tersebut membuat orang yang ada di sana menjadi heboh. Menurut pengakuan Ibu itu, ia melihat sosok wanita di dekat pohon rimbun yang berada di area perbatasan halamam belakang rumah. Ia lantas menyapa wanita itu dan menyuruhnya masuk karena hari sudah semakin gelap.
Dengan penasaran, Ibu tersebut kemudian mencoba mengamati wanita yang sepertinya tidak menghiraukan ajakannya itu. Saat ia bergerak lebih dekat, barulah Ia sadar bahwa wanita yang ia ajak bicara bukanlah manusia melainkan hantu dengan mata merah dan tatapan yang penuh kebencian.
Meski tidak semua orang percaya namun desas-desus mengenai kuntilanak pun segera berhembus ke seluruh lingkungan. Aku yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian pun menjadi was-was dan paranoid. Untuk keluar ke belakang rumah saat malam saja aku jadi takut. Padahal, sebelumnya aku sering menghabiskan waktu di teras belakang.
Keberadaan kuntilanak di kampungku pun semakin diyakini oleh sebagian besar penduduk sebab sejak kejadian itu setidaknya ada sekitar lima orang lagi yang mengaku melihat penampakan di sana termasuk pemilik rumah dan tetangga di sebelahnya.
Berita tersebut tentu membuat warga resah. Banyak warga yang menjadi takut keluar malam sehingga saat malam hari, kampung kami menjadi sangat sepi. Tapi isu mengenai kuntilanak sepertinya tidak mempengaruhi para remaja. Mereka masih tetap aktif di malam hari terlebih malam minggu.
Ketika malam minggu tiba, salah seorang temanku, Dava mengajakku untuk mengunjungi pacarnya. Biasanya kami pergi beramai-ramai dan berkumpul di salah satu kedai atau rumah. Tapi malam itu, kami hanya pergi berdua karena yang lain kelihatannya sedang tidak bersemangat untuk keluar.
Aku sempat menolak ajakan Dava karena merasa takut dengan rumor yang sedang beredar. Tapi Dava kemudian membujukku dan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Selepas isa, pergilah aku bersama Dava mengendarai motor kami masing-masing.
Rumah pacar Dava terletak jauh di ujung kampung dan di sana rumahnya masih sangat jarang-jarang. Itu artinya kami akan melewati banyak lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan besar, jenis pohon yang konon katanya jadi tempat favorit kuntilanak. Suasana yang gelap dan sepi menambah kesan angker kawasan teresebut.
Setibanya di lokasi, rumah pacar Dava terlihat gelap. Tidak ada sama sekali lampu yang menyala. Tapi setelah Dava memanggil beberapa kali, sang pacar pun keluar. Ia keluar dengan senter di tangannya. Dari cahaya motor Dava, aku melihat sang pacar mengenakan pakaian terusan berwarna krim.
Gadis itu mengatakan bahwa listrik di rumahnya tengah rusak dan baru akan diperbaiki esok hari. Senang bertemu dengan sang pacar, Dava pun segera mengajaknya duduk di kursi tak jauh dari rumah gadis itu. Sementara aku seperti biasa mengambil posisi tak jauh dari mereka.
Tentu saja malam itu aku sedikit kesal karena seperti jadi anti nyamuk untuk dua insan yang tengah asik pacaran. Jadi daripada bengong, aku memutuskan untuk membuka handphone dan mengobrol dengan gebetanku melalui aplikasi chatting.
Awalnya semua berjalan dengan normal. Dava sibuk dengan pacarnya dan aku sibuk dengan urusanku sendiri. Tapi ketenangan itu terusik saat tiba-tiba aku merasa mencium aroma bunga kenanga. Jenis bunga yang katanya merupakan pertanda mengenai kehadiran kuntilanak.
Sontak saja bulu kudukku berdiri hingga membuat aku merasa menggigil ketakutan. Tanpa basa-basi aku mendatangi Dava yang tengah asik ngobrol dan memberitahu mereka perihal aroma bunga yang kucium.
Setelah sempat hening sejenak, Dava pun akhirnya membenarkan ucapanku. Sementara pacar Dava hanya diam dengan wajah datar yang hanya terlihat samar-samar. Meski samar, aku dapat melihat dengan jalas binar matanya yang aneh.
Seolah mengerti kekhawatiranku, pacar Dava lantas memutuskan untuk mengambil air minum agar kami bisa lebih santai. Dava pun setuju dan berusaha meyakinkanku untuk tidak terlalu khawatir. Tapi saat pacar Dava melintas di hadapanku, aroma bunga kenanga yang sedari tadi kucium justru semakin kuat.
Pada saat itu aku bahkan berfikir bahwa mungkin aroma kenanga itu berasal dari parfum yang dikenakan pacar Dava. Tapi, dugaan tersebut langsung terbantahkan saat Dava tiba-tiba merapat ke tubuhku. Dengan tangan gemetar ia menunjukkan layar handphonenya padaku dan memintaku membaca pesan yang muncul.
Pesan itu ternyata berasal dari Dewi, pacar Dava yang merasa kesal karena Dava tidak kunjung datang ke rumahnya padahal ia sudah menunggu berjam-jam di sana. Awalnya aku tidak ngeh dengan maksud dari pesan itu. Tapi sejurus kemudian, aku dan Dava saling pandang dan segera berlari menuju motor kami masing-masing.
Tanpa fikir panjang aku segera menghidupkan motor dan meninggalkan tempat itu begitupula dengan Dava. Dengan perasaan campur aduk kami terus melaju pontang-panting tak karuan. Laju kami pun semakin cepat saat tak jauh di belakang kami terdengar suara tawa yang familiar. Tawa tersebut berasal dari sesosok wanita berambut panjang dengan gaun putih yang bergelantungan di sebuah pohon.
Sontak saja pengakuan tersebut membuat orang yang ada di sana menjadi heboh. Menurut pengakuan Ibu itu, ia melihat sosok wanita di dekat pohon rimbun yang berada di area perbatasan halamam belakang rumah. Ia lantas menyapa wanita itu dan menyuruhnya masuk karena hari sudah semakin gelap.
Dengan penasaran, Ibu tersebut kemudian mencoba mengamati wanita yang sepertinya tidak menghiraukan ajakannya itu. Saat ia bergerak lebih dekat, barulah Ia sadar bahwa wanita yang ia ajak bicara bukanlah manusia melainkan hantu dengan mata merah dan tatapan yang penuh kebencian.
Meski tidak semua orang percaya namun desas-desus mengenai kuntilanak pun segera berhembus ke seluruh lingkungan. Aku yang tinggal tak jauh dari lokasi kejadian pun menjadi was-was dan paranoid. Untuk keluar ke belakang rumah saat malam saja aku jadi takut. Padahal, sebelumnya aku sering menghabiskan waktu di teras belakang.
Keberadaan kuntilanak di kampungku pun semakin diyakini oleh sebagian besar penduduk sebab sejak kejadian itu setidaknya ada sekitar lima orang lagi yang mengaku melihat penampakan di sana termasuk pemilik rumah dan tetangga di sebelahnya.
Berita tersebut tentu membuat warga resah. Banyak warga yang menjadi takut keluar malam sehingga saat malam hari, kampung kami menjadi sangat sepi. Tapi isu mengenai kuntilanak sepertinya tidak mempengaruhi para remaja. Mereka masih tetap aktif di malam hari terlebih malam minggu.
Ketika malam minggu tiba, salah seorang temanku, Dava mengajakku untuk mengunjungi pacarnya. Biasanya kami pergi beramai-ramai dan berkumpul di salah satu kedai atau rumah. Tapi malam itu, kami hanya pergi berdua karena yang lain kelihatannya sedang tidak bersemangat untuk keluar.
Aku sempat menolak ajakan Dava karena merasa takut dengan rumor yang sedang beredar. Tapi Dava kemudian membujukku dan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja. Selepas isa, pergilah aku bersama Dava mengendarai motor kami masing-masing.
Rumah pacar Dava terletak jauh di ujung kampung dan di sana rumahnya masih sangat jarang-jarang. Itu artinya kami akan melewati banyak lahan kosong yang ditumbuhi pepohonan besar, jenis pohon yang konon katanya jadi tempat favorit kuntilanak. Suasana yang gelap dan sepi menambah kesan angker kawasan teresebut.
Setibanya di lokasi, rumah pacar Dava terlihat gelap. Tidak ada sama sekali lampu yang menyala. Tapi setelah Dava memanggil beberapa kali, sang pacar pun keluar. Ia keluar dengan senter di tangannya. Dari cahaya motor Dava, aku melihat sang pacar mengenakan pakaian terusan berwarna krim.
Gadis itu mengatakan bahwa listrik di rumahnya tengah rusak dan baru akan diperbaiki esok hari. Senang bertemu dengan sang pacar, Dava pun segera mengajaknya duduk di kursi tak jauh dari rumah gadis itu. Sementara aku seperti biasa mengambil posisi tak jauh dari mereka.
Tentu saja malam itu aku sedikit kesal karena seperti jadi anti nyamuk untuk dua insan yang tengah asik pacaran. Jadi daripada bengong, aku memutuskan untuk membuka handphone dan mengobrol dengan gebetanku melalui aplikasi chatting.
Awalnya semua berjalan dengan normal. Dava sibuk dengan pacarnya dan aku sibuk dengan urusanku sendiri. Tapi ketenangan itu terusik saat tiba-tiba aku merasa mencium aroma bunga kenanga. Jenis bunga yang katanya merupakan pertanda mengenai kehadiran kuntilanak.
Sontak saja bulu kudukku berdiri hingga membuat aku merasa menggigil ketakutan. Tanpa basa-basi aku mendatangi Dava yang tengah asik ngobrol dan memberitahu mereka perihal aroma bunga yang kucium.
Setelah sempat hening sejenak, Dava pun akhirnya membenarkan ucapanku. Sementara pacar Dava hanya diam dengan wajah datar yang hanya terlihat samar-samar. Meski samar, aku dapat melihat dengan jalas binar matanya yang aneh.
Seolah mengerti kekhawatiranku, pacar Dava lantas memutuskan untuk mengambil air minum agar kami bisa lebih santai. Dava pun setuju dan berusaha meyakinkanku untuk tidak terlalu khawatir. Tapi saat pacar Dava melintas di hadapanku, aroma bunga kenanga yang sedari tadi kucium justru semakin kuat.
Pada saat itu aku bahkan berfikir bahwa mungkin aroma kenanga itu berasal dari parfum yang dikenakan pacar Dava. Tapi, dugaan tersebut langsung terbantahkan saat Dava tiba-tiba merapat ke tubuhku. Dengan tangan gemetar ia menunjukkan layar handphonenya padaku dan memintaku membaca pesan yang muncul.
Pesan itu ternyata berasal dari Dewi, pacar Dava yang merasa kesal karena Dava tidak kunjung datang ke rumahnya padahal ia sudah menunggu berjam-jam di sana. Awalnya aku tidak ngeh dengan maksud dari pesan itu. Tapi sejurus kemudian, aku dan Dava saling pandang dan segera berlari menuju motor kami masing-masing.
Tanpa fikir panjang aku segera menghidupkan motor dan meninggalkan tempat itu begitupula dengan Dava. Dengan perasaan campur aduk kami terus melaju pontang-panting tak karuan. Laju kami pun semakin cepat saat tak jauh di belakang kami terdengar suara tawa yang familiar. Tawa tersebut berasal dari sesosok wanita berambut panjang dengan gaun putih yang bergelantungan di sebuah pohon.