Tafsimix - cerpen fiksi horor. Malam itu, tidak seperti biasanya, Putri tiba-tiba menjadi sangat manja dan penakut. Untuk ke kamar yang yang sudah hampir satu tahun ia tempati saja Putri tidak berani. Alhasil, Putri terus mengikuti kemanapun sang Ayah pergi. Karena malam itu sang Ayah sedang sibuk di ruang kerjanya, maka Putripun mengikutinya ke sana.
Sang Ayah awalnya bertanya mengapa Putri tidak pergi tidur tapi Putri seperti enggan menjawabnya. Ketika ditanya untuk kali kedua, Putri pun mengaku takut untuk tidur di kamarnya. Saat sang Ibu datang mengajaknya untuk tidur, Putri malah menolak dan merapat ke tubuh sang Ayah seolah tak ingin sang Ibu membawanya.
Ketika sang Ibu pergi, Putri pun menjelaskan ketakutannya kepada sang Ayah. Putri mengatakan bahwa Ia melihat sang Ibu berbicara dengan hantu di kamar. Mendengar perkataan tersebut, sang Ayah pun terkejut. Tapi karena Putri masih kecil, sang Ayah berfikir bahwa Putri hanya sedang ngelantur atau melihat sang Ibu berbicara dengan hantu di dalam mimpi.
Dengan suara lembut sang Ayah mencoba memastikan ucapan Putri. Kali ini Putri pun menjawabnya dengan cara berbisik ke telinga sang Ayah. Ia mengatakan bahwa Ibu lebih sering berbicara dengan hantu itu daripada berbicara dengannya. Putri bahkan mengatakan sang Ibu kerap mengacuhkannya seolah Ia tidak ada.
Melihat mimik muka Putri yang serius, sang Ayah lantas mencoba memangkunya. Sang Ayah kemudian kembali menanyakan bagaimana wujud hantu yang ia bicarakan. Dengan suara gemetar Putri mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat wajah hantu itu tapi penampilannya sangat menyeramkan seperti hantu anak kecil yang ada di tv.
Mendengar jawaban tersebut, sang Ayah akhirnya menyimpulkan bahwa Putri hanya mengalami mimpi buruk atau ilusi akibat menonton film horor di tv. Ia lantas membujuk Putri untuk pergi ke kamar dan berjanji akan segera menyusul begitu pekerjaannya selesai. Sang Ayah berjanji akan menemaninya tidur dan menyanyikan nina bobo untuknya.
Putri akhirnya setuju untuk pergi ke kamarnya. Sebelum keluar Ia sekali lagi meminta sang Ayah untuk menyusul dengan cepat. Sang Ayah menganggukkan kepala sembari tersenyum namun ekspresi wajah Putri sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Ia masih terlihat murung dan takut seperti semula.
Baru lima menit meninggalkan ruang kerjanya, sang Ayah kembali mendapati Putri berjalan terburu-buru menghampirinya. Ia terlihat ketakutan dan wajahnya sedikit pucat. Dengan sigap sang Ayah memeluk Putri dan menanyakan apa yang terjadi. Namun bukannya menjawab, Putri hanya terdiam sembari memeluk sang Ayah dengan begitu erat.
Merasa ada yang tidak beres, sang Ayah akhirnya memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan mengantar Putri ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamar, Putri mengatakan bahwa ia tak ingin tidur di kamar itu. Ia meminta agar ia dibawa ke kamar sang Ayah saja. Namun dengan lembut sang Ayah mencoba meyakinkan Putri bahwa tidak ada hantu di kamarnya.
Putri pun akhirnya menyerah. Bersama dengan sang Ayah Ia memasuki kamarnya yang tampak berantakan. Untuk sesaat sang Ayah merasa heran dengan kondisi kamar Putri tapi kemudian Ia mencoba berfikir positif. Meski Putri sangat jarang menyerakkan mainannya, sang Ayah berfikir mungkin Putri sedang sangat aktif belakangan ini.
Ketika sang Ayah menidurkan Putri di atas ranjangnya, terdengar suara decitan papan yang sepertinya berasal dari salah satu lemari di kamar itu. Sang Ayah mencoba mengamati sekeliling sementara Putri langsung tersentak dan memegang erat lengan Ayahnya seolah tak ingin sang Ayah beranjak.
Sang Ayah kemudian mengatakan pada Putri bahwa itu kemungkinan suara tikus dan tidak perlu khawatir. Sang Ayah lantas ikut naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sebelah Putri sambil menyanyikan nina bobo. Saat itu, Putri masih terus memegang tangan Ayahnya erat-erat.
Nyanyian sang Ayah terhenti saat tiba-tiba Ia mencium aroma busuk melintas di ruangan tersebut. Aroma tersebut sangat jelas seolah sumbernya tak jauh.
Untuk kali kedua, pintu lemari pakaian yang berada tepat di depan tempat tidur kembali berdecit. Daun pintu tersebut seperti bergerak seolah ada yang menggerakkannya dari dalam.
Sontak saja hal itu membuat Putri semakin ketakutan. Dengan suara gemetar Ia berbisik kepada sang Ayah bahwa ada hantu di dalam lemari bajunya. Putri juga mengatakan bahwa hantu itu berbau busuk.
Meski tidak percaya pada hantu, sang Ayah yang tadinya berani mendadak menciut nyalinya. Apalagi aroma busuk yang menusuk hidungnya secara tiba-tiba sulit untuk ia jelaskan asal usulnya. Sang Ayah bisa merasakan atmosfer dalam kamar seolah berubah dan bulu kuduknya pun berdiri.
Tetap mencoba berfikir positif, sang Ayah lantas tersenyum ke arah Putri dan mencoba meyakinkannya bahwa tidak ada hantu di sana. Masih dengan cara berbisik, Putri lantas meminta sang Ayah untuk memeriksa lemari. Anehnya, permintaan Putri tersebut seolah menantang sang Ayah untuk membuktikan ucapannya. Putri pun melepaskan pegangannya dan mencoba menutupi wajahnya dengan selimut.
Meski gusar, sang Ayah lantas memutuskan turun dari tempat tidur untuk memeriksa lemari tersebut. Dengan gerakan ragu-ragu pria itu mencoba membuka pintu lemari yang terlihat sedikit terbuka. Dan saat lemari berhasil dibuka, sang Ayah terkejut setengah mati mendapati Putri bersembunyi di balik gantungan pakaian.
Putri segera memeluk sang Ayah dan tubuhnya bergetar karena ketakutan yang luar biasa. Sambil berbisik lirih, Putri mengatakan pada sang Ayah bahwa ada hantu di atas tempat tidurnya. Ucapan tersebut sontak membuat sang Ayah menciut. Ia bahkan tak berani menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang tadi bersamanya di atas tempat tidur.
Sang Ayah awalnya bertanya mengapa Putri tidak pergi tidur tapi Putri seperti enggan menjawabnya. Ketika ditanya untuk kali kedua, Putri pun mengaku takut untuk tidur di kamarnya. Saat sang Ibu datang mengajaknya untuk tidur, Putri malah menolak dan merapat ke tubuh sang Ayah seolah tak ingin sang Ibu membawanya.
Ketika sang Ibu pergi, Putri pun menjelaskan ketakutannya kepada sang Ayah. Putri mengatakan bahwa Ia melihat sang Ibu berbicara dengan hantu di kamar. Mendengar perkataan tersebut, sang Ayah pun terkejut. Tapi karena Putri masih kecil, sang Ayah berfikir bahwa Putri hanya sedang ngelantur atau melihat sang Ibu berbicara dengan hantu di dalam mimpi.
Dengan suara lembut sang Ayah mencoba memastikan ucapan Putri. Kali ini Putri pun menjawabnya dengan cara berbisik ke telinga sang Ayah. Ia mengatakan bahwa Ibu lebih sering berbicara dengan hantu itu daripada berbicara dengannya. Putri bahkan mengatakan sang Ibu kerap mengacuhkannya seolah Ia tidak ada.
Melihat mimik muka Putri yang serius, sang Ayah lantas mencoba memangkunya. Sang Ayah kemudian kembali menanyakan bagaimana wujud hantu yang ia bicarakan. Dengan suara gemetar Putri mengatakan bahwa ia tidak pernah melihat wajah hantu itu tapi penampilannya sangat menyeramkan seperti hantu anak kecil yang ada di tv.
Mendengar jawaban tersebut, sang Ayah akhirnya menyimpulkan bahwa Putri hanya mengalami mimpi buruk atau ilusi akibat menonton film horor di tv. Ia lantas membujuk Putri untuk pergi ke kamar dan berjanji akan segera menyusul begitu pekerjaannya selesai. Sang Ayah berjanji akan menemaninya tidur dan menyanyikan nina bobo untuknya.
Putri akhirnya setuju untuk pergi ke kamarnya. Sebelum keluar Ia sekali lagi meminta sang Ayah untuk menyusul dengan cepat. Sang Ayah menganggukkan kepala sembari tersenyum namun ekspresi wajah Putri sama sekali tidak menunjukkan reaksi. Ia masih terlihat murung dan takut seperti semula.
Baru lima menit meninggalkan ruang kerjanya, sang Ayah kembali mendapati Putri berjalan terburu-buru menghampirinya. Ia terlihat ketakutan dan wajahnya sedikit pucat. Dengan sigap sang Ayah memeluk Putri dan menanyakan apa yang terjadi. Namun bukannya menjawab, Putri hanya terdiam sembari memeluk sang Ayah dengan begitu erat.
Merasa ada yang tidak beres, sang Ayah akhirnya memutuskan untuk menyudahi pekerjaannya dan mengantar Putri ke kamarnya. Sebelum masuk ke kamar, Putri mengatakan bahwa ia tak ingin tidur di kamar itu. Ia meminta agar ia dibawa ke kamar sang Ayah saja. Namun dengan lembut sang Ayah mencoba meyakinkan Putri bahwa tidak ada hantu di kamarnya.
Putri pun akhirnya menyerah. Bersama dengan sang Ayah Ia memasuki kamarnya yang tampak berantakan. Untuk sesaat sang Ayah merasa heran dengan kondisi kamar Putri tapi kemudian Ia mencoba berfikir positif. Meski Putri sangat jarang menyerakkan mainannya, sang Ayah berfikir mungkin Putri sedang sangat aktif belakangan ini.
Ketika sang Ayah menidurkan Putri di atas ranjangnya, terdengar suara decitan papan yang sepertinya berasal dari salah satu lemari di kamar itu. Sang Ayah mencoba mengamati sekeliling sementara Putri langsung tersentak dan memegang erat lengan Ayahnya seolah tak ingin sang Ayah beranjak.
Sang Ayah kemudian mengatakan pada Putri bahwa itu kemungkinan suara tikus dan tidak perlu khawatir. Sang Ayah lantas ikut naik ke atas tempat tidur dan berbaring di sebelah Putri sambil menyanyikan nina bobo. Saat itu, Putri masih terus memegang tangan Ayahnya erat-erat.
Nyanyian sang Ayah terhenti saat tiba-tiba Ia mencium aroma busuk melintas di ruangan tersebut. Aroma tersebut sangat jelas seolah sumbernya tak jauh.
Untuk kali kedua, pintu lemari pakaian yang berada tepat di depan tempat tidur kembali berdecit. Daun pintu tersebut seperti bergerak seolah ada yang menggerakkannya dari dalam.
Sontak saja hal itu membuat Putri semakin ketakutan. Dengan suara gemetar Ia berbisik kepada sang Ayah bahwa ada hantu di dalam lemari bajunya. Putri juga mengatakan bahwa hantu itu berbau busuk.
Meski tidak percaya pada hantu, sang Ayah yang tadinya berani mendadak menciut nyalinya. Apalagi aroma busuk yang menusuk hidungnya secara tiba-tiba sulit untuk ia jelaskan asal usulnya. Sang Ayah bisa merasakan atmosfer dalam kamar seolah berubah dan bulu kuduknya pun berdiri.
Tetap mencoba berfikir positif, sang Ayah lantas tersenyum ke arah Putri dan mencoba meyakinkannya bahwa tidak ada hantu di sana. Masih dengan cara berbisik, Putri lantas meminta sang Ayah untuk memeriksa lemari. Anehnya, permintaan Putri tersebut seolah menantang sang Ayah untuk membuktikan ucapannya. Putri pun melepaskan pegangannya dan mencoba menutupi wajahnya dengan selimut.
Meski gusar, sang Ayah lantas memutuskan turun dari tempat tidur untuk memeriksa lemari tersebut. Dengan gerakan ragu-ragu pria itu mencoba membuka pintu lemari yang terlihat sedikit terbuka. Dan saat lemari berhasil dibuka, sang Ayah terkejut setengah mati mendapati Putri bersembunyi di balik gantungan pakaian.
Putri segera memeluk sang Ayah dan tubuhnya bergetar karena ketakutan yang luar biasa. Sambil berbisik lirih, Putri mengatakan pada sang Ayah bahwa ada hantu di atas tempat tidurnya. Ucapan tersebut sontak membuat sang Ayah menciut. Ia bahkan tak berani menoleh ke belakang untuk memastikan siapa yang tadi bersamanya di atas tempat tidur.