Tafsimix - cerpen fiksi horor. Hari itu, setelah bekerja selama berbulan-bulan, Tania dan temannya Andri memutuskan untuk pergi berlibur ke salah satu pulau yang terletak di perbatasan Indonesia Malaysia di kawasan Sumatera Utara. Mereka pergi ke sana menggunakan jasa travel dan berangkat bersama sekitar 30 tamu lainnya.
Perjalanan dari pelabuhan lokal menuju pulau tersebut ditempuh dengan sebuah kapal nelayan dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sekitar jam 7 pagi, tibalah rombongan tersebut di pulau. Mereka segera menepi dan membawa tas mereka masing-masing.
Pulau itu sangat asri dan dipenuhi oleh pepohonan hutan yang menjulang tinggi. Di lokasi mereka menepi terdapat sebuah pos yang dijaga oleh para tentara. Mereka pun disambut hangat oleh para tentara. Tak lama setelah itu, para tamu dipersilahkan istirahat sejenak sebelum rangkaian acara travel dimulai.
Selain tidak ada sinyal, salah satu kekurangan di Pulau itu adalah tidak adanya tempat penginapan. Para tamu perempuan tidur di salah satu mes tentara yang kosong, sedangkan tamu pria tidur di sebuah gedung di belakang mes yang tempat tidurnya lembab dan berdebu. Sangat tidak layak bagi mereka yang terbiasa tidur di penginapan.
Sekitar jam 9, kegiatan pertama pun dimulai, yaitu mengunjungi mecusuar yang berada di puncak tertinggi pulau tersebut. Untuk sampai di sana, para tamu harus menaiki lebih dari seribu anak tangga yang cukup terjal di beberapa titik. Tania dan Andri termasuk tamu yang paling bersemangat dan mereka berada di depan bersama salah seorang pemandu.
Setelah itu agenda dilanjutkan dengan kegiatan berenang. Masing-masing tamu mendapatkan alat snorkling sederhana termasuk baju pelampung. Andri terlihat semangat memasang baju pelampungnya dan segera berlari ke laut untuk berenang. Sementara Tania tampak bermalas-malasan di tepi pantai bersama beberapa tamu lainnya.
Merasa tak seru berenang sendirian, Andri lantas mengajak Tania untuk berenang. Tania pun menolaknya karena saat itu ia sedang menstruasi. Tak menyerah begitu saja, Andri kembali membujuk Tania dan mengatakan tak masalah berenang saat menstruasi. Tania yang memang ingin berenang akhirnya pun setuju untuk berenang bersama Andri.
Awalnya mereka berenang di bagian tepi dan tidak berani berenang lebih dalam. Namun karena banyak tamu yang berenang agak ke dalam untuk melihat ikan dan karang, akhirnya kedua sahabat itu pun memberanikan diri berenang lebih jauh.
Mereka akhirnya berhasil menemukan sebuah spot yang pemandangan airnya sangat indah. Terdapat karang dan ikan berwarna-warni yang memanjakan mata. Tania dan Andri tampak senang dan sesekali mereka naik ke permukaan untuk mengambil nafas.
Mereka terlihat asik menikmati pemandangan air yang disuguhkan namun tiba-tiba kejadian tak terduga pun terjadi. Ketika Andri naik ke permukaan untuk mengambil nafas, Ia heran karena tidak ada Tania di dekatnya. Ia menunggu beberapa saat dan kembali berenang untuk memeriksa ke dalam air. Tapi sejauh matanya memandang, Ia tak dapat menemukan Tania.
Andri yang yakin betul bahwa Tania seharusnya berada di sekitarnya akhirnya memutuskan untuk membunyikan peluit. Tak lama, seorang pemandu terlihat berenang ke arahnya. Mereka pun menjadi panik karena Tania tidak kunjung muncul ke permukaan.
Setelah mencari sekitar lima menit, akhirnya terdengar suara jeritan dari bagian yang cukup jauh dari garis pantai. Andri semakin panik karena suara jeritan itu adalah suara Tania. Dari kejauhan, Tania terlihat seperti akan tenggelam. Salah seorang tentara yang saat itu berada tak jauh dari lokasi Tania segera berenang ke arahnya untuk menolongnya.
Saat sang tentara berhasil menggapai tangan Tania, gadis itu berteriak histeris dan mengatakan bahwa ada seseorang menarik kakinya.
Tentara itu lantas mencoba menarik tangan Tania dengan kuat. Dan benar saja, Tania jadi serasa berat seolah ada sesuatu yang menahannya. Dalam momen tersebut, Tania sempat beberapa kali tenggelam ke dalam air seolah ada sesuatu yang menariknya. Merasa ada yang tak beres, tentara itu pun berteriak meminta bantuan.
Untunglah tak berapa lama salah satu pemandu berhasil menghampiri mereka dan membantu menarik Tania. Namun saat Tania berhasil ditarik ke permukaan, Tania sudah dalam kondisi tak sadarkan diri. Dengan susah payah, kedua pria itu pun akhirnya berhasil membawa Tania ke pantai.
Setibanya di pantai, semua tamu terlihat panik begitupula dengan Andri. Ia segera menghampiri Tania dan berusaha menyadarkannya. Salah satu penanggung jawab berusaha memberikan pertolongan dan mengambil tindakan untuk menyadarkan Tania, namun gadis itu tidak kunjung sadar.
Andri semakin panik dan ketakutan saat denyut nadi Tania begitu lemah. Karena upaya pemberian nafas bantuan tidak berhasil, penanggung jawab akhirnya memutuskan untuk membawa Tania ke pelabuhan untuk mendapatkan pertolongan medis. Saat itu tentu saja Andri memutuskan untuk ikut dan pulang lebih awal dari jadwal seharusnya.
Dalam perjalanan, Andri berfikir bahwa Tania sudah meninggal karena wajahnya begitu pucat dan bibirnya membiru. Saat itu Andri hanya bisa menangis lirih sembari terus berdoa agar Tania bertahan. Setibanya di pelabuhan, Tania langsung dilarikan ke rumah sakit.
Doa Andri tampaknya dikabulkan oleh Tuhan. Tania belum meninggal namun dalam keadaan koma. Gadis itu koma selama tujuh hari dan berhasil pulih setelah mendapat penanganan intensif dari dokter.
Setelah kondisinya membaik, Tania akhirnya menceritakan apa yang terjadi. Menurut pengakuannya, ada seorang wanita berambut panjang yang menghampirinya saat berenang yang kemudian menuntunnya ke tempat yang lebih jauh dan banyak ikannya. Tapi setibanya di sana, wanita itu tidak mengizinkan Tania untuk mengambil nafas dan justru menariknya semakin dalam.
Salah seorang warga sekitar yang sempat dipanggil untuk menolong Tania lantas menjelaskan bahwa Tania diganggu oleh kuntilanak penunggu pulau itu. Pria itu mengatakan bahwa darah haid Tania lah yang membuat hantu itu menginginkannya. Mendengar penjelasan tersebut, Tania dan Andri pun hanya bisa saling pandang dan ketakutan.
Perjalanan dari pelabuhan lokal menuju pulau tersebut ditempuh dengan sebuah kapal nelayan dan menghabiskan waktu sekitar 4 jam. Sekitar jam 7 pagi, tibalah rombongan tersebut di pulau. Mereka segera menepi dan membawa tas mereka masing-masing.
Pulau itu sangat asri dan dipenuhi oleh pepohonan hutan yang menjulang tinggi. Di lokasi mereka menepi terdapat sebuah pos yang dijaga oleh para tentara. Mereka pun disambut hangat oleh para tentara. Tak lama setelah itu, para tamu dipersilahkan istirahat sejenak sebelum rangkaian acara travel dimulai.
Selain tidak ada sinyal, salah satu kekurangan di Pulau itu adalah tidak adanya tempat penginapan. Para tamu perempuan tidur di salah satu mes tentara yang kosong, sedangkan tamu pria tidur di sebuah gedung di belakang mes yang tempat tidurnya lembab dan berdebu. Sangat tidak layak bagi mereka yang terbiasa tidur di penginapan.
Sekitar jam 9, kegiatan pertama pun dimulai, yaitu mengunjungi mecusuar yang berada di puncak tertinggi pulau tersebut. Untuk sampai di sana, para tamu harus menaiki lebih dari seribu anak tangga yang cukup terjal di beberapa titik. Tania dan Andri termasuk tamu yang paling bersemangat dan mereka berada di depan bersama salah seorang pemandu.
Setelah itu agenda dilanjutkan dengan kegiatan berenang. Masing-masing tamu mendapatkan alat snorkling sederhana termasuk baju pelampung. Andri terlihat semangat memasang baju pelampungnya dan segera berlari ke laut untuk berenang. Sementara Tania tampak bermalas-malasan di tepi pantai bersama beberapa tamu lainnya.
Merasa tak seru berenang sendirian, Andri lantas mengajak Tania untuk berenang. Tania pun menolaknya karena saat itu ia sedang menstruasi. Tak menyerah begitu saja, Andri kembali membujuk Tania dan mengatakan tak masalah berenang saat menstruasi. Tania yang memang ingin berenang akhirnya pun setuju untuk berenang bersama Andri.
Awalnya mereka berenang di bagian tepi dan tidak berani berenang lebih dalam. Namun karena banyak tamu yang berenang agak ke dalam untuk melihat ikan dan karang, akhirnya kedua sahabat itu pun memberanikan diri berenang lebih jauh.
Mereka akhirnya berhasil menemukan sebuah spot yang pemandangan airnya sangat indah. Terdapat karang dan ikan berwarna-warni yang memanjakan mata. Tania dan Andri tampak senang dan sesekali mereka naik ke permukaan untuk mengambil nafas.
Mereka terlihat asik menikmati pemandangan air yang disuguhkan namun tiba-tiba kejadian tak terduga pun terjadi. Ketika Andri naik ke permukaan untuk mengambil nafas, Ia heran karena tidak ada Tania di dekatnya. Ia menunggu beberapa saat dan kembali berenang untuk memeriksa ke dalam air. Tapi sejauh matanya memandang, Ia tak dapat menemukan Tania.
Andri yang yakin betul bahwa Tania seharusnya berada di sekitarnya akhirnya memutuskan untuk membunyikan peluit. Tak lama, seorang pemandu terlihat berenang ke arahnya. Mereka pun menjadi panik karena Tania tidak kunjung muncul ke permukaan.
Setelah mencari sekitar lima menit, akhirnya terdengar suara jeritan dari bagian yang cukup jauh dari garis pantai. Andri semakin panik karena suara jeritan itu adalah suara Tania. Dari kejauhan, Tania terlihat seperti akan tenggelam. Salah seorang tentara yang saat itu berada tak jauh dari lokasi Tania segera berenang ke arahnya untuk menolongnya.
Saat sang tentara berhasil menggapai tangan Tania, gadis itu berteriak histeris dan mengatakan bahwa ada seseorang menarik kakinya.
Tentara itu lantas mencoba menarik tangan Tania dengan kuat. Dan benar saja, Tania jadi serasa berat seolah ada sesuatu yang menahannya. Dalam momen tersebut, Tania sempat beberapa kali tenggelam ke dalam air seolah ada sesuatu yang menariknya. Merasa ada yang tak beres, tentara itu pun berteriak meminta bantuan.
Untunglah tak berapa lama salah satu pemandu berhasil menghampiri mereka dan membantu menarik Tania. Namun saat Tania berhasil ditarik ke permukaan, Tania sudah dalam kondisi tak sadarkan diri. Dengan susah payah, kedua pria itu pun akhirnya berhasil membawa Tania ke pantai.
Setibanya di pantai, semua tamu terlihat panik begitupula dengan Andri. Ia segera menghampiri Tania dan berusaha menyadarkannya. Salah satu penanggung jawab berusaha memberikan pertolongan dan mengambil tindakan untuk menyadarkan Tania, namun gadis itu tidak kunjung sadar.
Andri semakin panik dan ketakutan saat denyut nadi Tania begitu lemah. Karena upaya pemberian nafas bantuan tidak berhasil, penanggung jawab akhirnya memutuskan untuk membawa Tania ke pelabuhan untuk mendapatkan pertolongan medis. Saat itu tentu saja Andri memutuskan untuk ikut dan pulang lebih awal dari jadwal seharusnya.
Dalam perjalanan, Andri berfikir bahwa Tania sudah meninggal karena wajahnya begitu pucat dan bibirnya membiru. Saat itu Andri hanya bisa menangis lirih sembari terus berdoa agar Tania bertahan. Setibanya di pelabuhan, Tania langsung dilarikan ke rumah sakit.
Doa Andri tampaknya dikabulkan oleh Tuhan. Tania belum meninggal namun dalam keadaan koma. Gadis itu koma selama tujuh hari dan berhasil pulih setelah mendapat penanganan intensif dari dokter.
Setelah kondisinya membaik, Tania akhirnya menceritakan apa yang terjadi. Menurut pengakuannya, ada seorang wanita berambut panjang yang menghampirinya saat berenang yang kemudian menuntunnya ke tempat yang lebih jauh dan banyak ikannya. Tapi setibanya di sana, wanita itu tidak mengizinkan Tania untuk mengambil nafas dan justru menariknya semakin dalam.
Salah seorang warga sekitar yang sempat dipanggil untuk menolong Tania lantas menjelaskan bahwa Tania diganggu oleh kuntilanak penunggu pulau itu. Pria itu mengatakan bahwa darah haid Tania lah yang membuat hantu itu menginginkannya. Mendengar penjelasan tersebut, Tania dan Andri pun hanya bisa saling pandang dan ketakutan.