Diduga Tewas di Tangan Perampok, Rahasia Kematian Sang Ibu Akhirnya Terbongkar 10 Tahun Kemudian

Diposkan oleh on 2018/04/04 - 12:44:00 AM

Tafsimix - Cerpen fiksi misteri. Raya berusia 5 tahun saat sang Ibu ditemukan tewas bersimpah darah di salah satu kamar di rumah mereka. Kerusakan pada salah satu jendela dan hilangnya berbagai perhiasan memunculkan dugaan bahwa sang Ibu tewas di tangan perampok. Namun tidak ada jejak ataupun bukti lain yang dapat membuktikan dugaan tersebut sehingga kematian sang ibu masih menjadi misteri.

Pada akhirnya kasus kematian ibu Raya ditutup dan perampokan ditetapkan sebagai penyebab kematiannya. Akan tetapi, sepuluh tahun setelah kematian sang Ibu, salah satu paman Raya melaporkan sang Ayah ke polisi atas tuduhan pembunuhan. Sang paman meyakini bahwa Ayah Rayalah yang membunuh kakaknya.

Tuduhan itu muncul setelah sang Paman tanpa sengaja menemukan sebuah kotak perhiasan yang berisi beberapa perhiasan Ibu Raya yang dulu dilaporkan hilang. Ia menemukannya ketika mencari album lama di gudang. Penemuan tersebut sangat mengejutkannya dan tanpa pertimbangan lain, ia langsung menaruh curiga pada abang iparnya.

Kasus kematian Ibu Raya pun kembali dibuka. Bersama tim pengacaranya, Paman Raya berhasil mengumpulkan berbagai barang bukti yang mengacu kepada Ayah Raya sebagai dalang di balik kematian sang Ibu. Pria itu bahkan berhasil menemukan rekaman cctv yang saat penyelidikan sebelumnya tidak ditemukan.

Cerpen misteri kematian sang ibu

Rekaman cctv tersebut menunjukkan beberapa peristiwa sebelum kematian Ibu Raya. Dari rekaman tersebut diketahui bahwa sebelum kematiannya, Ibu Raya sempat bertengkar dengan sang Ayah. Dalam rekaman tersebut bahkan terlihat jelas bahwa sang Ayah begitu marah.

Dugaan pun semakin mengacu kepada sang Ayah ketika salah satu rekaman menunjukkan pria tersebut sedang menyeret jasad istrinya yang diduga saat itu sudah tidak bernyawa. Barang bukti tersebut sangat memberatkan sang Ayah sehingga pengadilan pun memutuskan Ayah Raya bersalah dan menjatuhinya hukuman penjara.

Raya tidak terima dengan putusan Hakim yang menyatakan Ayahnya bersalah. Meski begitu, gadis itu hanya bisa menangis. Ia menghabiskan banyak waktu mengurung diri di kamar dan tidak menyangka sang Ayah adalah pembunuh di balik kematian sang Ibu.

Untuk sesaat, Raya berfikir bahwa Ayahnya benar-benar kejam, tapi sesaat kemudian Ia mencoba meyakinkan dirinya untuk kesekian kali bahwa sang Ayah tidak mungkin membunuh Ibunya. Ia yakin sekali bahwa sang Ayah begitu mencintai mendiang Ibunya.

Oleh karena itu, diam-diam Raya mencoba mencari cara untuk membuktikan bahwa Ayahnya tidak bersalah. Setelah mempelajari rekaman cctv yang berhasil ia curi dari sang paman, Raya pun mulai merasa bahwa instingnya benar. Ia semakin yakin bahwa sang Ayah tidak bersalah sebab rekaman tersebut tidak benar-benar menunjukkan bahwa sang Ayalah yang membunuh ibunya.

Dari pengamatannya tersebut, Raya pun menyadari bahwa ada beberapa bagian yang hilang dalam rekaman cctv itu. Kenyataan tersebut membuat Raya menaruh curiga pada sang paman sebab sang pamanlah yang begitu ngotot ingin memenjarakan Ayahnya. Apalagi, sepengetahuan Raya, Ayah dan pamannya sama sekali tidak pernah akur.

Raya akhirnya memutuskan untuk membela sang Ayah. Bersama orangtua Ayahnya, Raya menghubungi seorang pengacara untuk mengajukan banding. Namun karena Raya tidak punya cukup bukti, sang pengacara tidak dapat berbuat banyak.

Mengetahui tindakan Raya yang membela Ayahnya membuat sang paman murka. Namun karena Raya tidak menggubrisnya dan seolah mengacuhkannya, sang paman lantas keceplosan. Pria itu mengatakan bahwa Ayah Raya memang tidak membunuh sang Ibu tapi Ia pantas membusuk di penjara atas kesombongannya.

Dari ucapan sang Paman, Raya dapat melihat dengan jelas bahwa ada dendam pribadi dari sang Paman tehadap Ayahnya. Dan ucapan tersebut secara tidak langsung menegaskan bahwa Ayahnya tidak bersalah. Raya kemudian segera menginterogasi sang paman dan menuduhnya merekayasa barang bukti untuk memenjarakan Ayahnya. Raya juga mengutuk sang paman atas tindakannya itu.

Meski benar, tuduhan Raya terhadap sang paman sepertinya membuat emosi pria itu memuncak. Sang paman lantas membawa rekaman cctv yang lengkap dan memberikannya kepada Raya. Sebelum pergi, sang paman mengatakan kepada Raya bahwa kebenaran kadangkala jauh lebih menyakitkan dari sebuah kebohongan.

Raya yang sudah tidak berempati pada sang paman pun tidak menggubris ucapan tersebut. Seperti tak sabar, Ia segera pergi ke kamarnya untuk memeriksa rekaman tersebut. Ia memilih untuk mempelajarinya terlebih dahulu sebelum membawanya ke pengacara.

Akan tetapi, kebenaran yang terungkap dari rekaman lengkap tersebut pada akhirnya benar-benar membuat Raya hancur. Orang yang selama ini seharusnya bertanggungjawab atas kematian sang ibu tidak lain dan tidak bukan adalah Raya sendiri.

Rekaman tersebut menunjukkan kecelakaan yang menimpah sang Ibu akibat kecerobohan yang dilakukan oleh Raya. Saat itu Raya menyerakkan banyak mainan dan makanan di tangga sehingga membuat sang Ibu marah. Bukannya membereskan mainan itu, Raya malah pergi ke kamar dan membiarkan semuanya berantakan.

Sang Ibu yang tengah sibuk tak sengaja menginjak bekas makanan yang berserak di lantai dan tergelincir dari tangga. Ketika sang Ayah tiba di rumah, Ia terkejut mendapati istrinya tergeletak di lantai bersimpah darah. Sang Ayah kemungkinan tahu bahwa musibah yang menimpah istrinya merupakan akibat dari kecerobohan Raya.

Tak ingin putrinya disalahkan atas kejadian tersebut dan tidak ingin Raya merasa bersalah seumur hidup atas kematian sang Ibu, Ayah Raya lantas merekayasa penyebab kematian sang istri dan berusaha menyembunyikan barang bukti yang mengarah pada Raya. Kenyataan tersebut kemudian dimanfaatkan sang paman untuk membalaskan dendamnya pada Ayah Raya.